Menjadi hal yang penting bagi para akademisi ilmu sosial untuk memahami filsafat, karena pemikiran-pemikiran filosofis dari para filsuf itulah yang menjadi dasar perkembangan kajian keilmuan mereka. Terlebih jika disiplin ilmunya mempelajari perkembangan pada zaman modern dan post-modern dari segi sosial, ekonomi, atau hukum.
Maka menelaah bagaimana seluk beluk pemikiran filsuf barat bisa menjadi elemen penting dalam proses belajar mereka. Demi proses pendalaman tersebut, para akademisi ilmu sosial tentu menelusuri banyak buku dan berbagai referensi lain terkait filsafat.
Tak sedikit yang menemukan jalan terjal saat mencoba memahami sejarah, konsep, serta alur pemikiran para filsuf. Bagaimana tidak? Butuh tenaga ekstra untuk memahaminya, terlebih peradaban filsafat barat telah dimulai sejak zaman dahulu kala. Bahkan para filsuf Yunani hidup pada tahun sebelum masehi.
Buku karya Fransisco Budi Hardiman ini merupakan bentuk kompilasi pembahasan pemikiran filsafat barat. Ia berusaha mengulas modernitas berdasarkan ide-ide pijakan dasar atas peradaban modern yang mendalam.
Pengulasannya disajikan mulai dari alur sejarah aliran-aliran filsafat barat seperti rasionalisme, empirisme, idealisme dan positivisme, tokoh-tokoh dalam aliran-aliran tersebut hingga pokok pikiran filosofisnya.
Cara penjelasan di buku ini sangat menarik karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan metode penjelasannya tidak rumit. Selain itu, Fransisco Budi Hardiman mengemas buku ini dengan elemen tambahan yang unik. Ia menyelipkan anekdot-anekdot tentang tokoh-tokoh dalam buku ini, meskipun tidak semuanya. Sebagai contoh, cerita lucu tentang Georg Wilhelm Friedrich Hegel.
Siapa yang tak tahu filsuf kenamaan Jerman ini. Suatu ketika, di hari Ia harus menyampaikan kuliahnya pada pukul 15.00, Hegel tersilap. Saat tidur siang, tiba-tiba saja Ia terbangun pada pukul 14.00 dan mengira telah tiba waktunya memberi kuliah, padahal masih satu jam lagi.
Tanpa pikir panjang, ia segera bergegas ke ruang kuliah. Mahasiswa yang ada di sana telah berusaha menjelaskan bahwa mereka sedang menunggu dosen Theologi, tetapi Hegel tetap saja bersikeras meneruskan kuliahnya. Hingga tepat pukul 15.00, barulah para mahasiswa Hegel berdatangan.
Akhirnya ia menyadari kekeliruannya dan justru mengomentari kesilapannya dengan bahasa filosofis. Cerita yang memang unik. Sangat cocok sebagai penyegaraan ketika mulai merasakan kebingungan saat membaca buku ini.
Catatan khusus di bagian pinggir juga menjadi bagian unik yang tujuannya untuk memudahkan dalam pemahaman dan proses mengingat. Gambar serta diagram juga disajikan sebagai sarana untuk mempermudah pemahaman alur berpikir filsuf.
Bahkan, ada kata-kata mutiara para filsuf yang disajikan di kotak khusus, dan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah perkataan Arthur Schopenhauer tentang buku. Ia mengatakan, “Alangkah baiknya membeli buku-buku, jika orang dapat sekaligus membeli waktu membaca buku-buku itu”. Menarik, bukan? Sembari membaca, pembaca diajak untuk melakukan kritik diri.
Bahasa yang mudah dipahami dan komponen pendukung yang sangat menarik membuat buku ini sekiranya bisa untuk dipelajari oleh mahasiswa semester awal. Namun dengan catatan bahwa membaca buku ini harus didampingi dengan bacaan buku filsafat dasar yang lain agar ilmu yang didapatkan dapat saling berkesinambungan.
Tentu, karena buku ini berbicara tentang filsafat, diskusi setelah membaca merupakan suatu keharusan agar proses berpikir dan mencerna isi buku semakin berjalan dengan baik.
Terlebih bahasa-bahasa filsafat merupakan suatu hal yang tak dapat terpisahkan dari buku ini, sehingga mendiskusikan dan bertukar pikiran setelah membaca adalah hal penting demi meningkatkan pemahaman pada konsep-konsep serta bahasa-bahasa filsafat di buku ini.
Selain karena bahasa dan komponen uniknya, buku istimewa ini bisa dikatakan dapat membawa pembacanya berekreasi menyusuri khazanah ilmu. Hal ini dikarenakan sejak awal pembaca akan diberi petunjuk dan time table aliran filsafat barat.
Sensasi yang didapatkan saat membaca buku ini adalah keindahan mendapat pengetahuan baru dengan cara yang asyik dan mudah. Buku ini sangat disarankan bagi para mahasiswa ilmu sosial di berbagai tingkatan, khususnya bagi yang mempelajari filsafat barat.
Judul: Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern
Penulis: F. Budi Hardiman
Penerbit: Penerbit Erlangga
Tahun Terbit: 2011
Tebal Buku: 270 Halaman
Resentator: Rajih Arraki’*
*Resentator adalah Mahasiswa Centre for Policy Research
and International Studies (CenPRIS),
Universiti Sains Malaysia.
Instagram: @rajih.arraki
Discussion about this post