Oleh: Fahmi Ahmad Fauzan*
Akhir-akhir ini Indonesia sedang dilanda bencana alam yang bertubi-tubi. Mulai dari banjir bandang di Kalimantan Selatan, gempa bumi Sulawesi Selatan, meletusnya gunung berapi, krisis air di Ngantang Malang, tanah longsor di Sukabumi dan masih banyak bencana alam lainnya.
Terjadinya bencana alam sering di kontekskan dengan takdir manusia dan kemarahan Tuhan terhadap ciptaan-Nya yang telah sering mengingkar dari ajaran-ajaran-Nya.
Namun kalau di pikir-pikir, apakah timbulnya bencana alam ini murni karena takdir dari yang Maha Kuasa? Atau ada faktor-faktor lain yang membuat terjadinya bencana alam?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu kiranya melihat posisi geografis Indonesia. Negara ini termasuk ke dalam wilayah yang rentan terjadi bencana alam seperti gempa bumi, banjir dan tanah longsor. Hal ini disebabkan Indonesia berada di jalur Ring of Fire Pasifik atau sering disebut Cincin Api Pasifik.
Jalur ini membentang dari Benua Amerika sampai Benua Asia, atau melintasi sekitar 40 negara yang menciptakan siklus tektonik. Selain itu semakin menipisnya wilayah hijau di berbagai wilayah Indonesia akibat peralihan lahan untuk perluasan perkebunan monokultur seperti sawit dan karet. mengakibatkan meningkatnya potensi banjir.
Kondisi ini membuat tampungan air semakin berkurang dan berdampak buruk bagi kehidupan. Rentannya bencana alam yang merupakan fenomena ekologis dapat terjadi akibat perubahan tatanan ekologis yang mengalami gangguan atas beberapa faktor yang saling mempengaruhi antar manusia, makhluk hidup dan kondisi alam.
Perlu kiranya kita memahami konsep ekologi dalam melihat lingkungan hidup sebagai interaksi organisme yang di dalamnya memuat makhluk hidup yang terdiri dari faktor abiotik serta biotik dalam menciptakan ekosistem demi penciptaan keseimbangan kehidupan alam semesta.
Sedangkan dari sudut pandang agama Islam, alam mempunyai eksistensi riil, objektif serta bekerja sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku tetap bagi alam. Manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam.
Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling membutuhkan, saling terkait dengan makhluk yang lain. Dengan hadirnya Islam, maka alam ini tetap menjadi makmur sehingga kehidupan manusia akan tetap terjaga.
Terkait bencana alam juga sudah disebutkan bahwasanya bencana alam tidak lain terjadi karena ulah dari manusia itu sendiri yang suka berlebih-lebihan dalam memanfaatkan sesuatu (sumber daya alam). Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari [akibat] perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” QS. Ar Rum ayat 4.
Dari ayat di atas, Allah SWT secara tegas mengingatkan kepada manusia bahwa kerusakan lingkungan, baik yang ada di daratan ataupun di lautan adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Kebanyakan dari manusia malah merusak alam baik yang di darat ataupun yang dilaut contoh didarat: masifnya industrialisasi.
Penebangan hutan besar-besaran, pembakaran hutan, membuang sampah tidak pada tempatnya dan lain sebagainya. Sedangkan contoh yang ada dilaut; mencari ikan dengan bahan peledak dapat merusak terumbu karang dan masih banyak lagi.
Mereka hanya memikirkan untuk memperoleh kesenangan sesaat untuk dirinya, tanpa memperhatikan akibat buruk selanjutnya bagi orang lain maupun makhluk yang lain. Oleh karena itu kita harus menjadi manusia yang cinta alam baik yang di darat maupun yang di laut.
Sedangkan pada pandangan ekologis melihat bencana alam disebabkan oleh krisis ekologis dan disorientasi manusia ketika memperlakukan alam yang berlebihan. Perlakuan ini menciptakan ketimpangan ekosistem yang menimbulkan permasalahan sangat besar dan merugikan bagi makhluk hidup yang lain.
Tidak lain dari timbulnya permasalahan ini, karena masih meluasnya cara pandang manusia modern yang mekanistik terhadap alam.
Contoh kongkrit dari tindakan mekanistik terhadap alam yakni industrialisasi, kemajuan teknologi, pertambangan dimana-mana dan peralihan lahan dari kawasan hutan ke perkebunan yang dapat merusak ruang-ruang terbuka hijau sebagai penyanggah keberlangsungan hidup semua makhluk.
Pada akhirnya kita bisa menemukan bahwasanya bencana alam terjadi bukan karena takdir illahi semata dari yang Maha Kuasa. Namun juga secara pandangan teologis Islam dan ekologis menyebutkan terjadinya bencana alam karena perbuatan-perbuatan dari manusia yang lebih mementingkan diri sendiri daripada menciptakan iklim kehidupan yang harmonis nan indah bagi semua makhluk hidup.
Karena itu, dalam menghadapi krisis dan bencana lingkungan hidup harus dimulai dari pembangunan paradigma yang memahami alam semesta sebagai sebuah sistem organisme yang dilihat secara sistematik, organistik, holistic tetapi sekaligus juga ekologis. sebagaimana yang di maksud oleh Thomas Kuhn, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam cara pandang kita terhadap alam semesta.
*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang
Instagram: @paunzan
Discussion about this post