Oleh: Fahmi Ahmad Fauzan*
Akhir-akhir ini Covid-19 menjadi momok menakutkan bagi kehidupan manusia, virus ini sangat mematikan. Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi pada Maret 2020 oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Virus ini sangat mudah menyebar melalui tetesan maupun percikan cairan dari batuk, bersin, atau pada saat berbicara. Orang yang tertular biasanya mengalami gejala ringan dan berat, diantaranya demam, bersin-bersin, batuk kering, badan lemas, dan sesak napas.
Menurut world health organization (WHO), pandemi dinyatakan ketika penyakit atau bakteri menyebar dalam skala luas di seluruh dunia. Virus yang semula menyerang masyarakat Kota Wuhan, Cina bagian tengah, menyebar dengan cepat dalam kurun waktu tiga bulan saja.
Covid-19 tentu memberikan dampak negatif dan positif dalam kehidupan manusia. Dampak negatif bisa kita lihat dari melemahnya aktivitas produktif manusia, dimana masyarakat harus menghindari interaksi secara langsung, para pelajar harus rela belajar dirumah, para pedagang harus rela penghasilannya turun, serta masih banyak aktivitas lain yang harus dibatasi.
Fenomena ini biasanya disebut “Social Distancing” yaitu suatu kondisi sosial yang dimana interaksi antar manusia dikurangi secara langsung, menjaga jarak antar manusia satu dengan yang lain maupun kelompok dengan kelompok.
Dengan adanya kebijakan “Social Distancing” akitvitas sosial masyarakat menjadi kurang maksimal (dibatasi). Seperti munculnya sanksi sosial, sehingga timbul kecurigaan dan kecemasan terhadap orang lain. Hal tersebut sering kita lihat di berbagai media sosial maupun di beberapa daerah, banyak masyarakat yang mendapatkan rundungan dari orang di sekitarnya ketika mereka mempunyai penyakit seperti gejala Covid-19.
Selain itu banyak mahasiswa mendapat bulian setelah mereka memutuskan pulang kampung, seperti “Kalian datang membawa virus, Ngapain Pulang? Kan Malang zona merah Covid-19”. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi di tengah keadaan yang serba pusing sekarang, para mahasiswa yang balik kampung tentu mempunyai pertimbangan yang matang dalam mengabil keputusan, dari dampak buruk sampai yang paling buruk mereka harus hadapi.
Tallcot Parsons sosiolog kelahiran jerman menyatakan, ”Sistem sosial terdiri dari keragaman aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi sosial yang setidaknya berada dalam lingkungan atau ruang fisik, dimana aktor tersebut memiliki motivasi untuk cenderung mengoptimalkan gratifikasi, dan relasinya terhadap situasi dan aktor lain berlangsung dalam sebuah sistem yang melibatkan simbol-simbol yang secara kultural terstruktur”.
Hal tersebut dapat kita lihat disaat masyarakat melakukan interaksi sosial. Ketika dalam keadaan tertentu seperti pada keadaan sekarang dapat membuat disintegrasi sosial. Adanya pademi Covid-19 menjadi indikator terjadinya gangguan interaksi sosial. Harus ada alternatif untuk mengembalikan sistem sosial seperti semula. Maka dibutuhkan peranan pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat untuk saling mempercayai dan mencari solusi kongrit dalam pemulihan kondisi hari ini.
Sedangkan sisi positif dari adanya pademi Covid-19 bilamana masing-masing dari kita dapat bermuhasabah ekologi. Muhasabah merupakan etika intropeksi diri, seperti di jelaskan dalam sebuah hadits. Bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Orang yang pandai adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya selalu tunduk pada nafsunya dan mengharap kepada Allah dengan berbagai angan-angan”. (H.R Ahmad dan Tirmidzi), yang artinya dengan intropeksi diri manusia meningkatkan satu langkah kesadarannya. Sedangkan Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi dengan lingkungannya.
Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup kepada umat manusia dan merefleksikan kondisi hari ini, bahwasannya bumi kita sedang butuh istirahat. Polusi dari kendaraan sejauh ini sangat mempengaruhi lingkungan, padahal lingkungan sendiri sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan alam. Lingkungan dapat dipahami sebagai asas mutualisme, dimana manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Atau mungkin asas parasitisme, dimana antara keduanya menguntungkan yang satu dan merugikan yang lainnya.
Perilaku buruk manusia terhadap alam juga akan berdampak kepada dirinya sendiri, ketika SDA atau Sumber Daya Alam dimanfaatkan secara berlebihan. Dampak buruk yang dihasilkan adalah kerusakan lingkungan, selain manusia yg merasakan, hewan dan tumbuhan juga merasakan dampaknya.
Selain itu dampak dari pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Mengakibatkan melambatnya pertumbuhan emisi karbon, pemanasan global, pencemaran lingkungan dan sebagainya. Orang-orang dalam situasi ini, secara tidak langsung sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dengan baik.
Sementara itu menanggapi penanganan penyebaran Covid-19 oleh pemerintah. Setidaknya apa yang di lakukan ada manfaatnya, agar manusia dapat bermuhasabah dalam mengatasi krisis lingkungan. Wabah ini dapat membangun solidaritas sosial.
Solidaritas memiliki arti kesetiakawanan atau kekompakan. Dalam konteks ini, sekaligus melihat fakta-fakta di lapangan bahwa solidaritas rakyat sangatlah dibutuhkan. Selain Physical Distancing yang bersifat elementer, dibutuhkan juga banyaknya relawan (gugus tugas) rakyat, yang berani bergerak demi memutus rantai persebaran Covid-19.
Perlu kita lihat sekarang ramai-ramai masyarakat melakukan antisipasi penyebaran virus corona, dengan melakukan penyemprotan air yang di campuran seperti pembersih lantai atau bahan yang dapat menetralisir wabah corona. Dengan begitu masyarakat dapat berintropeksi diri terhadap segala tindakannya. Bahwasannya kehidupan yang nyaman adalah dibarengi dengan tetap menjaga lingkungan yang bersih dan sehat, agar dijauhkan dari segala penyakit.
Sebagai solusi dampak buruk dari penyebaran wabah virus corona dengan membangun kesadaran lingkungan dan mengembalikan sistem sosial seperti biasanya. Teman-teman, saatnya kita memberikan pemahaman kepada seluruh manusia. Baik itu rakyat kecil, pengusaha, bahkan pemerintah.
Mereka harus paham terkait kondisi lingkungan. Bahwa, kita hidup didunia ini bersosial tidak hanya dengan sesama manusia saja, melainkan dengan seluruh mahluk hidup yang ada di muka bumi ini. Tentu kita ingin hidup sehat karena lingkungan yang baik akan menghasilkan jiwa yang baik, tubuh yang baik, watak yang baik, pemikiran yang baik, dan hati yang baik. Tetapi sebaliknya, lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia-manusia busuk.
*Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi, FISIP,
Universitas Muhammadiyah Malang.
IG: @paunzan
Discussion about this post