Kedua tokoh ini sama-sama bereputasi sebagai pahlawan kemerdekaan India. Tetapi mayoritas manusia global pasti akan lebih mengenal Gandhi. Salah satu alasan mengenai hal ini adalah sejarah perjuangan Gandhi lebih banyak terdokumentasikan. Baik yang dituliskan orang lain ataupun yang ia tulis sendiri, baik di negara lain ataupun di India sendiri.
Gandhi pun lebih dulu terjun dalam gerakan kemerdekaan. Ia pun masih berkesempatan menyaksikan dan menikmati kemerdekaan bangsanya, sebelum nyawanya disudahi dengan tembakan di Biria House, New Delhi, pada 1948.
Melalui budaya syair yang tinggi, sangat mudah menemukan pujian-pujian agung bagi Gandhi di negerinya. Kebesarannya dianugerahi gelar Mahatma (yang berjiwa besar) dan menjadi kandidat peraih nobel perdamaian-yang enggan ia hadiri. Masyarakat biasa memanggilnya Bapu (Ayah).
Sementara jejak mengenai Bhagat Singh lebih sedikit. Bhagat rela memartirkan nyawa di tiang gantungan Penjara Lahore pada 23 Maret 1931. Waktu itu umurnya menginjak 23 tahun, sejak ia dilahirkan pada 27 September 1907 atau berumur tujuh tahun sejak ia bergabung dengan Asosiasi Republik Hindustan (ARH) yang kemudian dia ganti menjadi Asosiasi Republik Sosialis Hindustan (ARSH)- dan benar-benar aktif dalam gerakan kemerdekaan.
Sebagai Negara peringkat pertama produktifitas film, peradaban India modern berkaitan erat dengan industri filmnya. Dari banyaknya film mengenai Bhagat dan Gandhi kita dapat mengetahui penilaian masyarakat mengenai kedua tokoh ini.
Gandhi juga mengungguli jumlah jejaknya di film. Hingga saat ini telah terdapat belasan film mengenai dirinya. Yang paling hits adalah Gandhi (1982). Film yang diproduksi Inggris ini sukses menonjolkan keulungan Gandhi sebagai pengorganisir rakyat dalam menentang pemerintah British India melalui Ahimsa (nir-kekerasan) dan Satya Graha (teguh kebenaran). Tetapi justru film hasil produksi India sendiri yang akan membawa kita pada sisi kontroversi Gandhi.
Tetapi dari sekian film yang kontroversial, The Legend of Bhagat Singh (2002) mungkin menjadi yang terbaik. Film asli Hindustan ini menampilkan perlawanan Bhagat dan kolektifnya terhadap pemerintah British India. Persis di titik perlawanan ini Bhagat dan Gandhi memiliki kesamaan dalam perlawanannya, yaitu cita-cita India merdeka.
Bhagat kecil bahkan menjadi pengagum Gandhi. Pada 4 September 1920 Gandhi menjadi motor Gerakan Non-Kooperasi, yang diinisiasi untuk merespon UU Rowlatt dan Pembantaian Jallianwala Bagh. Gandhi memimpin para pekerja pribumi mogok kerja, menolak produk-produk pemerintah British India dan menyerukan pemulihan Khilafah di Turki. Sosok ini yang kemudian menginspirasi Bhagat kecil, sebelum akhirnya terkecewakan oleh Gandhi, yang secara tiba-tiba menghentikan gerakan tersebut setelah insiden Chauri Chaura. Alasannya adalah khawatir terhadap kekerasan dan perang yang berpotensi terjadi.
Bhagat selanjutnya muak dengan cara Gandhi yang dianggapnya lembek. Ia mengganti inspirasi utamanya kepada Revolusi Bolshevik 1917, serta menjadi seorang atheis yang anarkis-marxis. Bhagat juga menjadi yang terdepan menolak cara diplomasi ala Gandhi. Perlawanan bersenjata ia deklarasikan untuk kemerdekaan total India, sekaligus propaganda melawan Ahimsa dan Satya Graha.
Saat ditahan, merespon pelayanan penjara yang tidak manusiawi bagi tahanan pribumi, Bhagat mempropagandakan mogok makan selama 114 hari. Kerusuhan itu mereka lanjutkan di persidangan. Secara sengaja mereka memancing penjelasan bahan-bahan pembuat bom agar para pemuda yang hadir dapat mencatat dan membuatnya di luar. Rangkaian ini membuat pemerintah British India mengkhawatirkan gerakan rakyat. Hingga pada 7 Oktober 1930 ia dijatuhi hukuman gantung bersama Shukdev Thapar dan Shivaram Rajguru
Munculnya kesadaran dan persatuan rakyat yang lebih radikal untuk melawan justru semakin membahagiakan ketiganya, ”Dua orang revolusioner sedang bertemu” ucap Bhagat saat membaca buku Lenin dan dijemput untuk dieksesekusi. Slogan Inquilab zindabad (jayalah revolusi) mereka lantangkan menyambut tiang gantungan dan kemarahan rakyat di luar penjara.

Tepat di sini paradoks seorang Gandhi. Saat rakyat memohon kepadanya untuk mengupayakan pembebasan Bhagat, Shukdev dan Rajguru dalam Pakta Gandhi-Irwin, Gandhi memilih untuk membiarkan nyawa ketiganya. Lagi-lagi karena khawatir terhadap revolusi dan kekerasan. Massa kemudian mengecamnya sebagai seorang pengkhianat dan pengecut. Sementara Baghat diberi gelar Shaheed (martir suci).
Bidyut Chakrabarti dalam karyanya Social-Political Thought of Mahatma Gandhi (2005) menjelaskan sisi paradoks ini. Selain sebagai seorang yang memperjuangkan kemerdekaan, Gandhi di sisi lain justru mempertahankan sistem Varna (kasta). Ia berpendapat bahwa kelas-kelas sosial masyarakat adalah sesuatu keniscayaan dalam takdir dan Tuhan telah menempatkan segalanya dengan porsinya masing-masing.
Akibatnya, walaupun mayoritas penduduk dunia memuja Gandhi layaknya Dewa, sebagian masyarakat di negaranya sendiri membencinya hingga hari ini. Hal ini setidaknya dapat dilihat melalui kultur industri film India. Selain film-film yang saya sebutkan sebelumnya, beberapa film lainnya yang menampilkan sisi kontroversi Gandhi adalah Gandhi, My Father (2007), Hey Ram (2000) dan Laghe Raho Munna Bhai (2006).
——————
Kontributor: Imam Achmad Baidlowi
Instagram: @imamachmadb
Discussion about this post