Monday, June 27, 2022
LintasBatas.co
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
LintasBatas.co
No Result
View All Result
Home Silam

Bhagat Singh, Revolusioner yang Dibiarkan Mati oleh Gandhi

Imam Achmad Baidlowi by Imam Achmad Baidlowi
27/08/2020
in Silam
Dibaca Dalam: 3 menit
1 0
A A
0
Bhagat Singh, Revolusioner yang Dibiarkan Mati oleh Gandhi

Grafis: Kontributor Mirza Bareza

662
VIEWS
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

Kedua tokoh ini sama-sama bereputasi sebagai pahlawan kemerdekaan India. Tetapi mayoritas manusia global pasti akan lebih mengenal Gandhi. Salah satu alasan mengenai hal ini adalah sejarah perjuangan Gandhi lebih banyak terdokumentasikan. Baik yang dituliskan orang lain ataupun yang ia tulis sendiri, baik di negara lain ataupun di India sendiri.

Gandhi pun lebih dulu terjun dalam gerakan kemerdekaan. Ia pun masih berkesempatan menyaksikan dan menikmati kemerdekaan bangsanya, sebelum nyawanya disudahi dengan tembakan di Biria House, New Delhi, pada 1948.

Melalui budaya syair yang tinggi, sangat mudah menemukan pujian-pujian agung bagi Gandhi di negerinya. Kebesarannya dianugerahi gelar Mahatma (yang berjiwa besar) dan menjadi kandidat peraih nobel perdamaian-yang enggan ia hadiri. Masyarakat biasa memanggilnya Bapu (Ayah).

Sementara jejak mengenai Bhagat Singh lebih sedikit. Bhagat rela­ memartirkan nyawa di tiang gantungan Penjara Lahore pada 23 Maret 1931. Waktu itu umurnya menginjak 23 tahun, sejak ia dilahirkan pada 27 September 1907 atau berumur tujuh tahun sejak ia bergabung dengan Asosiasi Republik Hindustan (ARH) yang kemudian dia ganti menjadi Asosiasi Republik Sosialis Hindustan (ARSH)- dan benar-benar aktif dalam gerakan kemerdekaan.

Sebagai Negara peringkat pertama produktifitas film, peradaban India modern berkaitan erat dengan industri filmnya. Dari banyaknya film mengenai Bhagat dan Gandhi kita dapat mengetahui penilaian masyarakat mengenai kedua tokoh ini.

Gandhi juga mengungguli jumlah jejaknya di film. Hingga saat ini telah terdapat belasan film mengenai dirinya. Yang paling hits adalah Gandhi (1982). Film yang diproduksi Inggris ini sukses menonjolkan keulungan Gandhi sebagai pengorganisir rakyat dalam menentang pemerintah British India melalui Ahimsa (nir-kekerasan) dan Satya Graha (teguh kebenaran). Tetapi justru film hasil produksi India sendiri yang akan membawa kita pada sisi kontroversi Gandhi.

Baca juga:

Keadilan HAM di Papua: Antara Impian dan Kenyataan

Papua dan Keadilan: Mengapa Ada Keinginan Menentukan Nasib Sendiri?

Tetapi dari sekian film yang kontroversial, The Legend of Bhagat Singh (2002) mungkin menjadi yang terbaik. Film asli Hindustan ini menampilkan perlawanan Bhagat dan kolektifnya terhadap pemerintah British India. Persis di titik perlawanan ini Bhagat dan Gandhi memiliki kesamaan dalam perlawanannya, yaitu cita-cita India merdeka.

Bhagat kecil bahkan menjadi pengagum Gandhi. Pada 4 September 1920 Gandhi menjadi motor Gerakan Non-Kooperasi, yang diinisiasi untuk merespon UU Rowlatt dan Pembantaian Jallianwala Bagh. Gandhi memimpin para pekerja pribumi mogok kerja, menolak produk-produk pemerintah British India dan menyerukan pemulihan Khilafah di Turki. Sosok ini yang kemudian menginspirasi Bhagat kecil, sebelum akhirnya terkecewakan oleh Gandhi, yang secara tiba-tiba menghentikan gerakan tersebut setelah insiden Chauri Chaura. Alasannya adalah khawatir terhadap kekerasan dan perang yang berpotensi terjadi.

Bhagat selanjutnya muak dengan cara Gandhi yang dianggapnya lembek. Ia mengganti inspirasi utamanya kepada Revolusi Bolshevik 1917, serta menjadi seorang atheis yang anarkis-marxis. Bhagat juga menjadi yang terdepan menolak cara diplomasi ala Gandhi. Perlawanan bersenjata ia deklarasikan untuk kemerdekaan total India, sekaligus propaganda melawan Ahimsa dan Satya Graha.

Saat ditahan, merespon pelayanan penjara yang tidak manusiawi bagi tahanan pribumi, Bhagat mempropagandakan mogok makan selama 114 hari. Kerusuhan itu mereka lanjutkan di persidangan. Secara sengaja mereka memancing penjelasan bahan-bahan pembuat bom agar para pemuda yang hadir dapat mencatat dan membuatnya di luar. Rangkaian ini membuat pemerintah British India mengkhawatirkan gerakan rakyat. Hingga pada 7 Oktober 1930 ia dijatuhi hukuman gantung bersama Shukdev Thapar dan Shivaram Rajguru

Munculnya kesadaran dan persatuan rakyat yang lebih radikal untuk melawan justru semakin membahagiakan ketiganya, ”Dua orang revolusioner sedang bertemu” ucap Bhagat saat membaca buku Lenin dan dijemput untuk dieksesekusi. Slogan Inquilab zindabad (jayalah revolusi) mereka lantangkan menyambut tiang gantungan dan kemarahan rakyat di luar penjara.

Infografis: Kontributor Mirza Bareza

Tepat di sini paradoks seorang Gandhi. Saat rakyat memohon kepadanya untuk mengupayakan pembebasan Bhagat, Shukdev dan Rajguru dalam Pakta Gandhi-Irwin, Gandhi memilih untuk membiarkan nyawa ketiganya. Lagi-lagi karena khawatir terhadap revolusi dan kekerasan. Massa kemudian mengecamnya sebagai seorang pengkhianat dan pengecut. Sementara Baghat diberi gelar Shaheed (martir suci).

ADVERTISEMENT

Bidyut Chakrabarti dalam karyanya Social-Political Thought of Mahatma Gandhi (2005) menjelaskan sisi paradoks ini. Selain sebagai seorang yang memperjuangkan kemerdekaan, Gandhi di sisi lain justru mempertahankan sistem Varna (kasta). Ia berpendapat bahwa kelas-kelas sosial masyarakat adalah sesuatu keniscayaan dalam takdir dan Tuhan telah menempatkan segalanya dengan porsinya masing-masing.

Akibatnya, walaupun mayoritas penduduk dunia memuja Gandhi layaknya Dewa, sebagian masyarakat di negaranya sendiri membencinya hingga hari ini. Hal ini setidaknya dapat dilihat melalui kultur industri film India. Selain film-film yang saya sebutkan sebelumnya, beberapa film lainnya yang menampilkan sisi kontroversi Gandhi adalah Gandhi, My Father (2007), Hey Ram (2000) dan Laghe Raho Munna Bhai (2006).

——————

Kontributor: Imam Achmad Baidlowi
Instagram: @imamachmadb

Tags: Bhagat SinghIndiaMahatma Gandhi
ADVERTISEMENT
Imam Achmad Baidlowi

Imam Achmad Baidlowi

  • Santri di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang
  • Menggemari Film India dan Studi Peradaban Islam

Artikel Lainnya

ham
Silam

Keadilan HAM di Papua: Antara Impian dan Kenyataan

by Redaksi
13/12/2020
nasib sendiri
Silam

Papua dan Keadilan: Mengapa Ada Keinginan Menentukan Nasib Sendiri?

by Redaksi
13/12/2020
Nagorno-Karabakh
Silam

Perang Kepentingan di Nagorno-Karabakh

by Imam Achmad Baidlowi
09/12/2020
suara muhammadiyah
Silam

Suara Muhammadiyah: Seabad Lebih Menyinari Literasi Negeri

by Imam Achmad Baidlowi
21/09/2020
mesin cetak
Silam

Revolusi Mesin Cetak, Beri Akses Pengetahuan dan Ilmu Pada Semua Orang

by Imam Achmad Baidlowi
02/09/2020

Discussion about this post

YPI Al Multazam HK Launching Buku Bunga Rampai

26/04/2022

Ada Juri Hafiz Indonesia di Milad YPI Al-Multazam HK Kuningan

26/04/2022

Milad YPI Al-Multazam HK Dihiasi 20 Kali Khatam Al Quran

26/04/2022
  • REDAKSI
  • DISCLAIMER
  • KIRIM TULISAN
  • KONTAK KAMI
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
Media Independen Mahasiswa

© 2018-2021 Lintas Batas - Media Independen Mahasiswa

No Result
View All Result
  • Login
  • Sign Up
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan

© 2018-2021 Lintas Batas - Media Independen Mahasiswa

Welcome Back!

Sign In with Google+
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google+
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist