Monday, June 27, 2022
LintasBatas.co
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
LintasBatas.co
No Result
View All Result
Home Opini

Content Creator Prank Ojol Difasilitasi Masuk UMM?

Redaksi by Redaksi
01/04/2020
in Opini
Dibaca Dalam: 4 menit
68 0
A A
0
Content Creator Prank Ojol Difasilitasi Masuk UMM?

Visual Grafis oleh Farah Sekar Arum

33
SHARES
574
VIEWS
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

Oleh: Zainul Fikri*

Baru-baru ini Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tengah menjadi sorotan publik akibat kebijakan jalur influencer bagi calon mahasiswa baru. Katanya, jalur ini digagas untuk menyegarkan inovasi dan relevansi perkembangan zaman. Benar saja, dalam sekejab, kebijakan ini ramai diperbincangkan di jagad media sosial juga termuat dibeberapa media massa.

Sebagai mahasiswa UMM, kebijakan ini menghasilkan ribuan tanda tanya di kepala saya. Padahal belum selesai permasalahan-permasalahan lainnya di kampus. Tanpa bermaksud membatasi inovasi, sebagai kampus yang namanya tesematkan nama besar Persyarikatan Muhammadiyah, harusnya berbagai kebijakan yang dilahirkan juga berkorelasi dengan keberpihakan Muhammadiyah.

Perkembangan zaman memang harus dijawab dengan tanggap tanpa gagap. Jika gagap, tentu saja zaman akan melahap habis. Begitu pun dengan UMM, maksud hati ingin menjawab perkembangan zaman, namun gagal menjawab keharusan menjaga haluan perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah. Menjawab tantangan zaman memang akan selalu melalui berbagai dinamika, namun menerjemahkan, menyesuaikan dan mengimplementasikan pada hal yang telah ada juga sangat sulit.

Kita ingat pada kelompok Sopo Tresno majelis yang dibimbing oleh Nyai Walidah mangajarkan Al-‘Ashr setiap sore hari. Kala itu, bersama K.H. Ahmad Dahlan, anak-anak fakir, miskin dan yatim di sekitar Kauman diasupi pendidikan modern dan agama Islam. Mendirikan Muhammadiyah saat itu bukanlah hal yang mudah, tuduhan demi tuduhan singgah pada diri seorang Dahlan. Namun saat ini, untuk menjaga semangat K.H. Ahmad Dahlan bukan perkara yang mudah.

Kebijakan influencer ini menjadi cerminan jika UMM mulai menjauh dari hakikat didirikannya Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Sebagai bentuk implementasi gerakan pembaharuan Muhammadiyah, PTM dihadirkan sebagai perwajahan keberpihakan Muhammadiyah pada peningkatan keintelektualan manusia Indonesia. Yang utama dalam pendirian ini ialah menolong kaum Mustadh’afiin. Kaum Mustadh’afiin ialah kelompok masyarakat yang mengalami penindasan dalam sebuah wilayah sehingga ia menjadi manusia lemah bukan hanya dalam bentuk fisik melainkan lemah dalam menjalankan fungsi sosial.

Baca juga:

Zelensky, Ambisi Kedaulatan, dan Proyeksi Perdamaian Rusia-Ukraina

Tantangan Pendidikan Bagi Muhammadiyah di Masa Pandemi

Menurut laman pendaftaran di online.umm.ac.id, UMM telah membuka berbagai jalur bagi para calon mahasiswa baru. Jalur Prestasi Akademik dan Non-Akademik yang keduanya merupakan program tanpa tes. Terdapat pula jalur Yatim/Piatu, Program Pendidikan Ulama Tarjih (PPUT) dan Bidikmisi yang disatukan bersamaan dengan program regular menggunakan tes. Sayangnya jalur Yatim/Piatu, PPUT dan Bidikmisi dibatasi untuk beberapa program studi saja. Misalnya di FISIP, mahasiswa yang menggunakan jalur Bidikmisi hanya diperkenankan mengambil prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Sosiologi. Ngomong-ngomong, laman informasi Bidikmisi di pmb.umm.ac.id ini belum diperbaharui dan masih menggunakan informasi tahun 2019.

Tanpa bermaksud merendahkan para influencer, namun menjadi pertanyaan besar mengapa jalur influencer digagas sedangkan hal-hal yang menjadi utama belum digarap dengan baik. Mengapa tidak membuat jalur Tahfid Qur’an yang lebih bernafaskan Muhammadiyah? Jika semisal program ini sudah masuk ke dalam jalur prestasi non-akademik, bagaimana mereka yang memiliki banyak hafalan namun tidak memiliki track record berprestasi? Atau membuat jalur khusus pengagas perubahan-perubahan sosial di desa atau daerahnya, ini akan lebih menarik. Para penggawa-penggawa perubahan diberikan kesempatan belajar di UMM dan ketika lulus mereka dapat kembali ke daerahnya untuk mengembangkan atau mengagas lagi ide-ide baru yang ia dapatkan setelah berproses di UMM. Dengan begini urusan Tri Dharma perguruan tinggi tak hanya terealisasikan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) saja, yang sudah menjadi rahasia umum jika KKN adalah program formalitas tanpa output yang jelas.

UMM, apa yang sedang engkau bidik? K.H. Ahmad Dahlan di era Kolonialisme dulu memberi kesempatan pribumi yang tidak mampu secara finansial untuk berpendidikan. Kala itu, pribumi miskin tidak akan bisa masuk sekolah kecuali mereka yang berasal dari kalangan kaum priayi. KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk memusnahkan tembok pemisah antara miskin dan kaya, karena dalam pendidikan semua manusia dituntut untuk berilmu. Beragama itu harus berakal untuk mengenal tuhannya.

Beliau pula yang merintis terkait ijtihad pendidikan Muhammadiyah sebagai jawaban persoalan kemanusiaan. Ijtihad pendidikan digagas atas dasar menjawab tantangan zaman di dunia pendidikan melalui landasan dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah dikorelasikan dengan permasalahan zaman. Spirit itu merupakan inovasi dan relevansi perkembangan zaman dalam pendidikan. Spirit tersebut menjadi ciri Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah, dan gerakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

Influencer seperti apa yang diharapkan UMM? Punya ratusan hingga ribuan foto menarik yang mengundang ribuan likes? Influencer yang kontennya ditonton ratusan ribu hingga jutaan? Melalui persyaratan singkat yang UMM tampilkan dalam Ads Banner sudah jelas siapa yang disasar. Mereka yang punya Subscriber Youtube minimal 5,000 dan Selebgram serta Selebtwit minimal 10,000 pengikut.

Jangan-jangan melalui jalur ini UMM hanya ingin menumpang tenar melalui para influencer. Menjangkau masyarakat yang lebih luas melalui jaringan yang telah dimiliki si calon mahasiswa. Barangkali ini salah satu jalan yang dipilih untuk meminimalisir pembiayaan yang besar pada pengalokasian dana promosi-promosi kedepan. Jadi, jalur influencer ini untuk memberi wadah dan kesempatan kreatif atau semata-mata untuk kepentingan promosi kampus belaka?

ADVERTISEMENT

Terkait kebijakan ini, jalur influencer akan melakukan seleksi dengan melakukan uji keterampilan. Jika calon mahasiswa adalah seorang Selebgram maka dia akan diperiksa follower-nya barangkali, beli atau tidak. Sementara Youtuber melalui kontennya. Tetapi belum jelas jalur ini. Tidak ada laman yang spesifik menjelaskan tentang hal ini. Pada website pendaftaran pun tidak disertakan jalur influencer. Konsepnya pun juga belum jelas bagi para calon “mahasiswa influencer” ini.

Pertanyaan besar pula, jika memang diterima, bagaimana jika influencer lebih fokus terhadap karirnya sebagai influencer dibanding menjadi mahasiswa? Bagaimana konsep dakwah mahasiswa influencer untuk mempengaruhi banyak orang kearah lebih baik. Sedangkan kita tahu begitu banyak content creator yang memiliki konten-konten tidak bermanfaat dan hanya bersifat menghibur. Apakah Youtuber Prank Ojek Online dengan subscriber 50,000 layak masuk melalui jalur ini?

Jika yang diinovasi hanya tentang bagaimana menerima mahasiswa baru, itu bukanlah sebuah inovasi. Inovasi tentunya harus disertai substansi dari diadakannya jalur tersebut. Jangan sampai menginovasi hal-hal yang bersifat teknis, tapi inovasi dalam memberantas problem kekinian dalam lingkup lebih luas terkhusus di aspek pendidikan. Inovasi yang disorot adalah peran kreatif dalam pencapaian pendidikan Islam bukan sekedar inovasi teknis dalam menerima mahasiswa. Akan menjadi sebuah ketidakjelasan apabila “mahasiswa influencer” ini hanya melakukan seleksi seperti proses pengecekan tadi. Bukankah kampus harus menguji kapasitas pengetahuan dan kemampuan bukan hanya keterampilan?

Masih banyak masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan perguruan tinggi namun tak mampu. Perguruan Tinggi Muhammadiyah harusnya hadir pada momen ini karena pada hakikatnya lembaga pendidikan Muhammadiyah didirikan untuk memecahkan kondisi tersebut bukan menegasikannya. Kampus swasta memang membutuhkan banyak pemasukan pembiayaan yang besar, namun tetap saja dakwah persyarikatan yang nomor satu.

Apakah kebijakan ini tepat dilakukan kampus Muhammadiyah? Tentu harus dipikirkan kembali oleh kampus. Ada baiknya kampus Muhammadiyah tidak membahas persoalan teknis yang diklaim menjadi inovasi. Ada persoalan darurat yang perlu disikapi terkait kemanusiaan dan kebangsaan dalam aspek pendidikan bangsa. Lembaga pendidikan Muhammadiyah harus kembali pada spirit perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan faktor berdirinya Muhammadiyah agar semangat pendidikannya melalui ijtihad pendidikan menjadi panutan masyarakat. Ijtihad pendidikan perlu dilakukan kembali untuk melakukan dakwah yang lebih massif dalam rangka semangat “Fastabiqul Khairat” dan “Amar Ma’ruf Nahi Mungkar” di era ini dengan masyarakat yang kekinian pula.

 

*Penulis adalah Mahasiswa Hubungan Internasional, Fisip,

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

IG/Twitter: zaynfiqry/zaynfiqry1

Tags: kebijakanMuhammadiyahpendidikanPTMUMM
ADVERTISEMENT
Redaksi

Redaksi

LintasBatas.co adalah kanal berita bentukan mahasiswa independen. Pembaca dapat mengirimkan tulisannya melalui email redaksi@lintasbatas.co.

Artikel Lainnya

Opini

Zelensky, Ambisi Kedaulatan, dan Proyeksi Perdamaian Rusia-Ukraina

by Baikuni Alsfaha
06/03/2022
pendidikan muhammadiyah
Opini

Tantangan Pendidikan Bagi Muhammadiyah di Masa Pandemi

by Redaksi
20/02/2021
Narkoba
Opini

Narkoba dan Sisi Lain Kehidupan

by Redaksi
30/01/2021
pemekaran
Opini

Untung Rugi Pemekaran Daerah di Saat Pandemi

by Redaksi
26/01/2021
Bencana Alam
Opini

Bencana Alam: Antara Ulah Manusia atau Takdir Tuhan

by Redaksi
26/01/2021

Discussion about this post

YPI Al Multazam HK Launching Buku Bunga Rampai

26/04/2022

Ada Juri Hafiz Indonesia di Milad YPI Al-Multazam HK Kuningan

26/04/2022

Milad YPI Al-Multazam HK Dihiasi 20 Kali Khatam Al Quran

26/04/2022
  • REDAKSI
  • DISCLAIMER
  • KIRIM TULISAN
  • KONTAK KAMI
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
Media Independen Mahasiswa

© 2018-2021 Lintas Batas - Media Independen Mahasiswa

No Result
View All Result
  • Login
  • Sign Up
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan

© 2018-2021 Lintas Batas - Media Independen Mahasiswa

Welcome Back!

Sign In with Google+
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google+
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist