Sebagai penonton setia stories mahasiswa, belakangan ini saya merasa geli dengan apa yang mereka abadikan di fitur sosial media tersebut. Ya masak ketika dilanda musim galau, harus dirayakan dengan bikin stories yang banyak banget layaknya sandi morse.
Lalu saya berpikir, apa iya, semakin banyak stories galau yang dibuat menandakan tekanan yang dihadapi juga semakin berat. Mungkin ada benarnya, sebab tekanan saat SMA berbeda dengan menjadi mahasiswa.
Kalau masa SMA kan mentok-mentok tekanannya cuma gara-gara nama bapak diketahui sama teman-teman satu kelas. Kuliah? Beda lagi bund!
Ya! Tekanan itu ibarat wajah dosen killer yang selalu membayang-bayangi mahasiswa di setiap gerak-gerik dan tindak-tanduknya. Wkwkwk~
Mendengar dosen killer, saya terbayang sosok tugas yang njelimet, memberi hukuman, yang melatih mental agar siap tempur di dunia kerja. Pokoknya dosen tidak pernah salah, yang salah hanyalah mahasiswa.
Percaya atau tidak, mahasiswa selalu dihadapkan dengan beragam tekanan. Dengan dosen yang ngasih tugas bertumpuk-tumpuk dan mungkin juga tekanan dari nyonya kos yang nagih duit kos mulu. Belum lagi prestasi kuliah, bukannya makin naik, malah UKT (uang kuliah tunggal) yang makin naik.
“Broo, bukannya semester ini UKT turun?”
“Yaa itu kan karena ada Covid-19”
“Lahh, trus kalau Covid ini kelar?”
“Naik lagi lah bund.”
Obrolan seketika berhenti, sunyi. Yang terdengar hanya seruputan kopi dan hembusan pelan asap rokok. Dari bau anyir asapnya, mudah ditebak bahwa ini adalah rokok Gudang Gula.
Kembali ke perbincangan awal, yakni penyebab gaduhnya dunia per-medsosan. Lantaran datangnya bertubi-tubi dan tak kunjung berhenti, saya semakin terusik saat berselancar di medsos, sebab buaaanyak banget stories curhatan mahasiswa dengan permasalahan hampir serupa.
Keterusikan ini membuat saya teringat sebuah buku berjudul Mindset yang ditulis oleh Carol S. Dweck. Dalam bukunya, ia membagi dua macam mindset, yakni mindset tumbuh dan mindset tetap.
Mindset tumbuh, dalam melihat apapun selalu optimis, yang dia bisa maupun nggak, pokoknya los dolll..!! Mottonya, bisa yok bisa. Kalimat yang sering muncul di grup Whatsapp menyemangati kawan yang sedang diselimuti rasa jenuh. Mindset tetap selalu optimis pada hal yang dia bisa doang. Giliran gagal, ya bikin stories galaulah.
Apa yang dijelaskan Carol mengenai mindset tumbuh bisa kita liat dari kisah perjalanan pendiri Ali Baba, siapa lagi kalau bukan Ma Yun atau akrab dipanggil Jack Ma. Diceritakan bahwa Jack Ma semasa mudanya bukanlah orang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Dirinya pernah ditolak sepuluh kali oleh Universitas Harvard. Kalau soal kegagalan Jack Ma lah jagonya, kira-kira begitu anggapan saya ketika membaca perjalanan hidupnya.
Meskipun jago soal kegagalan, dirinya juga expert soal keberhasilan sebab sebanyak apapun kegagalan tidak meruntuhkan semangatnya yang membabi buta itu. Dan dibuktikan secara nyata melalui berdirinya Ali Baba.
Nggak kayak mahasiswa itu tuh, ada sepuluh tugas stories-nya sepuluh titik juga. Kalau saja dengan tugas yang bertumpuk ini membuat kita menyerah. Apakah orang seperti ini pantas disebut sebagai mahasiswa? Mental kerupuk. Baru ada tugas, dikit-dikit bikin stories.
Itsss! Jangan beranggapan saya membenarkan tugas yang numpuk, beragam dan bau busuknya seperti sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Saya hanya beranggapan bahwa setidaknya keresahan tugas yang bertumpuk dan njlimet, disalurkan dalam bentuk tulisan seperti cerpen, opini, komik, puisi, yang jauh lebih baik dari segi penataan bahasa.
Segenap mahasiswa yang sedang mengalami tekanan, kurangi gaya, perbanyak usaha. Oke….!!!!
Discussion about this post