Pada tanggal 14 Agustus kemarin, hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) resmi diumumkan. Berbagai ungkapan rasa syukur dan kecewa bertebaran dimana-mana. Menjadi kabar membahagiakan bagi mereka yang dinyatakan lolos. Namun, juga menjadi kabar duka bagi mereka yang dinyatakan belum berhasil.
Pepatah yang mengatakan bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha ternyata tidak sepenuhnya benar. Banyak diantara mereka yang belajar dengan tekun sebelum mengerjakan soal SBMPTN, dan berdoa dengan khidmat pasca tes, ternyata masih saja ditolak.
Banyak pula yang tidak memiliki niat sungguh-sungguh untuk mengikuti SBPMTN, dan ternyata mereka lolos. Mungkin ada benarnya dengan apa yang dikatakan oleh Ericko Lim, bahwa hidup memang kadang tidak adil. Orang yang jujur dan pintar, masih kalah dengan orang yang ‘bedjo’. Dan orang ‘bedjo’ masih kalah dengan orang yang punya privilege.
Saya pun pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Apalagi PTN tersebut merupakan tujuan awal saya sejak berada di bangku Sekeloah Menengah Atas (SMA). Sedih sih iya, tapi enggak sampai menjadi beban yang dipikirkan terus-menerus. Tapi, ya mau bagaimana lagi, toh rejeki sudah ada yang mengatur.
Mungkin akan terlalu lebay ketika orang-orang yang gagal SBMPTN merasa telah kehilangan segalanya. Seolah-olah hanya “itu” satu-satunya jalan menuju bangku kuliah. Padahal banyak sekali gerbang yang tersedia untuk menjadi mahasiswa. Lihat saja di PTN, ada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), SBMPTN, dan Jalur Tes/Mandiri. Itupun masih ditambah lagi dengan fasilitas pintu belakang seperti jalur ”orang dalam/privilege” dan jalur ”berbayar”.
Jalur ”orang dalam” biasa digunakan bagi mereka yang memiliki koneksi kuat di lingkungan kampus. Orang-orang yang memiliki “kuasa” di kampus biasanya menerima jastip (jasa penitipan) calon mahasiswa. Jika orang tersebut saudara dekat anda, atau anak buah orang tua anda, atau bahkan ternyata orang tua anda, maka berbahagialah hati dan dompet anda.
Sedangkan jalur ”berbayar” biasa digunakan bagi mereka yang tidak memiliki koneksi kuat, tapi mendapatkan tawaran untuk membuka jalan walaupun harus mengeluarkan pundi-pundi rupiah. Mereka biasanya mendapatkan info tersebut dari orang ketiga, sehingga perlu biaya untuk memfasilitasi koneksi tersebut.
Semakin banyak uang yang keluar, semakin besar presentase mereka diterima di kampus tersebut. Praktik seperti itu memang sudah menjadi ‘bumbu penyedap’ di kampus-kampus Indonesia. Jadi jangan kaget kalau ternyata kualitas pendidikan kita masih segini-gini aja.
Kalaupun ternyata masih belum berjodoh dengan PTN, maka mungkin jodoh anda ya di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Toh, kampus swasta sekarang banyak yang bagus-bagus dan bergengsi. Masalah uang pembayaran mungkin memang agak mahal, tapi perbedaannya tidak terlalu jauh dengan PTN. Jika memang dirasa biayanya terlalu memberatkan, tinggal mencari keberuntungan di berbagai beasiswa yang tersedia.
Dan jika di kampus swasta masih ditolak juga, mungkin bukan nasib anda untuk menjadi mahasiswa. Mungkin rejeki anda mengatur bahwa selepas SMA anda harus langsung bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga.
Tapi jangan khawatir, kuliah bukanlah segalanya kok. Jika anda tidak kuliah, bukan berarti anda tidak bisa sukses. Duduk di bangku kuliah hanyalah salah satu jalan untuk meraih kesuksesan. Jalan yang lain? Tentu lebih banyak.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu inti dari kuliah adalah bagaimana kita mampu untuk belajar dan menerapkan hasil dari proses pembelajaran itu. Walaupun sejatinya, setiap tempat adalah sekolah, setiap buku adalah ilmu, setiap orang adalah guru, dan guru terbaik adalah pengalaman. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti belajar.
Buat mahasiswa yang lolos SBMPTN, jangan berbesar hati dahulu. Bersyukur boleh, tapi jangan berlebihan. enggak perlu sampai bikin tumpengan se-kelurahan kok. Cukup mengungkapkan rasa terima kasih dengan sewajarnya. Siapa tahu nanti pas berjalannya kuliah, ternyata kamu merasa salah jurusan, kan jadi sia-sia perjuanganmu selama ini.
Dan yang belum lolos, tetap semangat. Jangan terlalu overthinking sampai menangis dan enggak makan berhari-hari. Itu enggak akan membuat hasil SBMPTN mu berubah. Yang jadi malah kamu sakit dan masuk rumah sakit. Belum lagi kalo sama RS-nya, kamu divonis positif corona. Kan jadi makin ribet.
Jadi, tetap tenang dan riang gembira seperti senyum ‘Pepsodent’. Toh, pada akhirnya nanti pas ngelamar kerja juga enggak akan ditanya, kamu pas kuliah masuk pake jalur apa? Yang penting kuliahmu berjalan lancar dan mendapatkan nilai akhir yang memuaskan. Selamat menjadi mahasiswa kawan-kawan.
________________________
Discussion about this post