Sama halnya dengan bernapas, makan dan minum. Kegiatan tidur juga memegang peranan penting dalam kehidupan.
Tidur merupakan rahmat Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya,“Dan karena Rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S: Al Qashahs:73).
Maka berdasarkan konsekuensi kebenaran hikmah-Nya, Ia menjadikan seluruh aktivitas makhluk berhenti pada waktu malam hari agar mereka dapat istirahat, karena pada dasarnya tubuh kita pun punya hak istirahat dan itu merupakan sunnatullah.
Istirahat dan tidur yang cukup ternyata mendatangkan banyak manfaat bagi kesehatan dan membuat tubuh kita menjadi bugar di keesokan hari.
Oleh karena itu, agar berbagai manfaat istirahat dan tidur bisa kita dapatkan secara maksimal biasakan tidur sesuai jumlah jam yang dianjurkan. Bagi orang dewasa dan lansia yakni selama 7 hingga 8 jam setiap harinya.
Namun, tidak sedikit orang mengalami gangguan tidur (insomnia). Menurut penelitian, insomnia sebenarnya lebih sering dialami oleh wanita, orang yang memiliki riwayat depresi, dan orang yang berumur lebih dari 60 tahun.
Pengertian insomnia sendiri yaitu gangguan tidur yang menyebabkkan seseorang terjaga tiap malam atau mudah terbangun malam dan sulit untuk kembali tidur. Bisa dikatakan gangguan tidur yakni kondisi dimana mengalami masalah pada pola tidur.
Gangguan tidur sendiri disebabkan oleh sejumlah faktor seperti kondisi mental, masalah kesehatan, gaya hidup yang tidak sehat dan lingkungan.
Akibatnya, efek yang ditimbulkan dari gangguan tidur antara lain menurunnya produktivitas kerja, hilangnya konsentrasi hingga berujung pada depresi atau gangguan kecemasan.
Tetapi tidak jarang juga insomnia terjadi pada orang yang berusia produktif. Penelitian terbaru dalam Journal Sleep melaporkan “Wabah Sulit Tidur” yang mendunia mempengaruhi sekitar 150 juta orang di dunia.
Prevalensi insomnia di Indonesia dilaporkan sebanyak 10% dari jumlah populasi atau sekitar 28 juta orang. Tingkatan masalah tidur tersebut berhubungan dengan gangguan depresi dan dan gelisah.
Psikolog Klinis Aurora Lumbantoruan mengatakan kurang tidur atau buruknya kualitas tidur memiliki dampak yang negatif yang akhirnya mengganggu kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Beliau mengatakan, “Dengan tidur berarti kita mengisi ulang energi tubuh kita. Memulihkan daya tahan tubuh. Jika kurang tidur, daya tahan tubuh menurun dan lebih rentan terhadap penyakit.”
Selanjutnya resiko kesehatan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis seseorang akibat gangguan tidur (insomnia) yakni lebih rentan mengalami depresi, kecemasan, penuaan dini dan kesehatan mental lainnya.
Mengapa seseorang yang mengalami gangguan tidur dapat memicu depresi? Karena depresi merupakan gangguan mood yang menyebabkan seseorang merasa sedih, putus asa, tidak berdaya, dan tidak berguna.
Tentunya semua emosi negatif tersebut akan menyita pikiran sehingga membuat seseorang kesulitan untuk tidur. Gangguan tidur paling umum yang dapat memicu depresi adalah insomnia.
Menurut Nation Sleep Foundation, penderita insomnia 10 kali lebih mungkin mengalami depresi dibanding orang yang tidur nyenyak. Makanya hal ini adanya hubungan sangat erat antara depresi dan gangguan tidur.
Para ahli pakar kesehatan mengatakan sebesar 50% penderita gangguan tidur juga mengalami gangguan mental. Adapun 90% penderita depresi mengalami gangguan tidur. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat menyebabkan tubuh terasa lelah dan mood menjadi terganggu.
Nah ketika merasa lelah akan lebih mudah merasa marah dan emosi jadi naik turun. Bayangkan saja bagaimana efek gangguan tidur ini bisa mengubah kehidupan seseorang.?
Selanjutnya orang dengan gangguan kecemasan cenderung lebih mudah cemas, mengekspresikannya secara berlebihan dan kesulitan untuk mengatasinya. Orang yang dihinggapi rasa cemas akan sulit untuk memulai tidur.
Selain itu rasa cemas juga dapat membuat seseorang menjadi kesulitan mempertahankan tidur, sehingga dia sering terbangun di tengah malam dan sulit tidur kembali.
Bahkan rasa cemas dan panik karena tidak bisa tidur pun dapat membuat seseorang jadi benar-benar tidak bisa tidur.
Jika disepelekan, penuaan dini akan lebih cepat datang pada orang yang mengalami gangguan tidur atau mereka yang tidak punya cukup waktu tidur.
Ketika kurang tidur, tubuh akan melepaskan hormon stress bernama kortisol yang bisa memecah kolagen, protein yang menjaga kulit tetap elastis dan halus.
Hasilnya, kebanyakan orang yang kurang tidur secara terus menerus mengalami kulit pucat, lingkaran hitam dibawah mata, garis-garis halus pada wajah, dan kulit tidak cerah.
Kontributor: Desiliana Putri, Mahasiswi KESOS, FISIP, UMM.
Instagram: _desilianaa