Judul: Jurnalisme Kontemporer
Penulis: Septiawan Santana K
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tebal: xvii + 340 halaman
Tahun Terbit: 2017
ISBN: 978-602-433-448-2
Resentator: Dinda Putri Azizah*
Jurnalisme Masa Kini
Pertengahan dekade tahun 1990-an, The Anneberg Washington Program in Communications Policy Studies of Northwestern University memproyeksikan “Perubahan Media Berita”. Proyeksi tersebut menggambarkan bagaimana perkembangan jurnalisme yang telah menggunakan multimedia. Media cetak telah bergabung dengan teknologi televisi, radio, dan internet. Hal itu juga dilakukan oleh layanan Digital Inc. dari Washington Post. Sistem online harian layanan tersebut menawarkan update berita-berita untuk di-download ke komputer. Dimuat juga berita-berita yang bercerita dan gambar, material arsip, dan klip suara bervideo.
Melalui teknologi digital, kebutuhan jurnalisme akan kecepatan dapat terpenuhi. Informasi-informasi dapat dikemas ke dalam beberapa format. Kiriman berita dapat digabung dengan hiburan, iklan, surat, sampai belanjaan rumah tangga. Semua itu dikirim melalui perangkat audio-visual seperti komputer, televisi, telepon, faks, CD, Rom. Dengan teknologi digital ini, informasi akan mengalir secara personal dan sekejap ke rumah-rumah.
Aktualisasi peristiwa-berita diorganisir bahasa jurnalisme cybermedia secara runtut, terukur, dan tak terhingga: knowledge realitas peristiwa berita yang biasanya harus disimpan dalam benak individu telah disimpan di tempat lain, dengan kemampuan teknologi komputer (internet).
Pasar Berita
Kehadiran teknologi digital membuat pasar media menjadi semakin kompetitif. Di Amerika Serikat, penjualan surat kabar per hari menurun dari 62,3 juta pada tahun 1990 menjadi 60,7 juta pada tahun 1991.
Khayalak berita berubah. Informasi yang disebarkan melalui TV kabel dan internet tanpa akhir merubah konsep audience media massa maupun kebiasaan sehari-hari masyarakat.
Pada momen inilah, masyarakat harus bisa memilah informasi (berita) yang tepat karena siapapun bisa menyebarkan berita dengan cepat. “Rakyat membutuhkan panduan yang terpercaya, tidak hanya untuk berita-berita yang ‘secara resmi terjadi’ di seluruh dunia tiap hari, tapi juga aliran besar informasi yang menyerbu rumah mereka,” kata Nicholas Negroponte dalam Being Digital (dalam Ellen Hume, 1995).
Sejarah
Jurnalisme ialah alat pemasok kebutuhan orang berkomunikasi. Komunikasi adalah alat untuk bertukar informasi kepada sesama manusia.
Abad ke-20 mengisahkan penolakan jurnalis terhadap pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah. Di negara-negara berpemerintahan komunis, pers dimiliki oleh negara, para wartawan dan pemimpin redaksinya menjadi pegawai pemerintah. Fungsi utama pers ialah suatu proses yang bertujuan untuk mendukung suatu ideologi nasional atau ingin melaporkan suatu peristiwa yang tujuannya sesuai dengan keinginannya. Media menjadi hal yang sangat baik bagi pemerintahan komunis dimana pers dapat dijadikan alat untuk menegasikan informasi-informasi yang dapat mencederai suatu kekuasaan.
Profesi Jurnalisme
Jurnalisme, di abad ke-20, telah mencapkan merek yang cukup berpengaruh sebagai sebuah profesi. Ada empat faktor penting yang dipegangnya: perkembangan keorganisasian dari pekerjaan kewartawanan; kehususan pendidikan jurnalisme; pertumbuhan keilmuan sejarah, permasalahan dan berbagai teknik komunikasi massa; dan perhatian yang sungguh-sungguh dari tanggung jawab sosial kerja kewartawanan.
Berbagai studi di awal abad ke-20, wartawan dianggap sebagai kelompok idealis yang bertugas menyampaikan kepada masyarakat yang memiliki catatan ketidakseimbangan pemberitaan. Banyak komunitas kewartawanan yang menyatakan pentingnya soal-soal etik perlu diperhatikan.
*Resentator adalah Mahasiswi Ilmu Komunikasi,FISIP,
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Twitter/Ig : @DindaPA / dindaputria
Discussion about this post