Tak sedikit manusia merasa putus asa kemudian memberanikan diri untuk melakukan bunuh diri. Menurut data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), kondisi kesehatan jiwa nasional pada 2010 menunjukkan rata-rata terdapat 4,3 dari 100 ribu meninggal akibat bunuh diri.
Angka itu turun menjadi 4 pada 2015. Terakhir hingga 2018 angka bunuh diri di Indonesia stagnan di angka 3,7. Angka itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-159 dari 183 negara dalam hal jumlah kematian akibat bunuh diri.
Bunuh diri adalah suatu masalah kompleks bagi seseorang penderita gangguan mental. Biasa lebih dikenal sebagai penderita skizofrenia. Skizofrenia ialah gangguan serius yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang.
Penyebabnya berasal dari beberapa unsur yakni genetika, lingkungan serta struktur kimiawi pada otak. Adapun gejala yang muncul ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang tidak ada hubungannya dengan kenyataan, ucapan kacau, perilaku menyimpang dsb.
Ketika mereka mengalami banyak masalah, dominasi lingkungan sangat menolak kehadiran mereka. Depresi tahunan yang sudah lama diderita bahkan keluarga tidak sanggup merawat penyidap ini dapat menjadi sebuah keputusan penderita skizofrenia untuk bunuh diri.
Padahal sebelum mereka terjatuh ke lobang kegelapan yakni bunuh diri ada beberapa kesempatan untuk mengubah dunia kian indah. Adapun kiat-kiat untuk menghiasi diri maupun dunia ialah:
Pertama, menerima segala kekurangan dan kelebihan yang kita punya agar bisa menjadikan kekurangan sebagai kelebihan.
Misalnya kita mempunyai kekurangan malas membaca buku di waktu luang. Maka solusinya mulai mencari genre yang menarik daya pikat dan menentukan batasan waktu untuk membaca misal 4-5 jam. Dengan begitu kita dapat menikmati asyiknya membaca.
Kedua, meningkatkan potensi di dalam diri kita untuk nilai jual positif di masa depan misalnya, kita berbakat atau mahir di bidang design dan bahasa.
Dari situlah kita menggali sekaligus memperluas jaringan pertemanan kita yang senada akan kedua hal tersebut. Artinya cara melihat diri sendiri dengan mencari tahu sebanyak-banyaknya mengenai design kolase, poster, banner, mahir dalam bidang content creator youtube dan sebagainya.
Tak hanya itu memperluas jaringan pertemanan dapat mempermudah meraih masa depan cerah. Ketiga, senantiasa bersyukur tentang segala apa yang udah ada di genggaman.
Seperti masih bisa makan, keluarga yang selalu mendukung, bisa beli dan memiliki apa yang kita mau, tidur di kasur empuk, bisa menghirup udara seger di pagi hari, bisa kerja dan menghasilkan uang sendiri dll.
Tidak peduli seberapa hancurnya posisi kamu saat ini serta tiada pentingnya memerhatikan circle pertemanan yang meremehkan, mengacuhkan diri kamu.
Karena diri kamu memiliki kelayakan maju dan berkembang demi memperjuangkan kehidupan cerah di masa-masa sulit saat ini.
Keempat, mengendalikan emosi negatif dan emosi positif amatlah penting dalam semua bidang yang kamu tekuni.
Tanpa kita sadari saat mengalami, mengekspresikan, mengkomunikasikan emosi negatif kepada seseorang, kelompok ataupun masyarakat,.
Dampaknya dapat menurunkan kualitas diri, mempercepat penuaan, mengubah persepsi dan perasaan seseorang terhadap kita.
Terlihat yang awalnya mengagumi dan menghormati, menjadi tidak disukai dan menimbulkan dendam, benci, acuh akibat terlalu menunjukkan ego diiringi emosi negatif.
Jadi, jika kita mulai didominasi emosi negatif kata Mas Adjie praktisi pemulihan batin, “Kita harus belajar menyadari otot kesadaran dengan bernafas menghirup oksigen (inhale) dan menghembuskan nafas (exhale). Biasanya di tengah pikiran kemana-mana, akan terjadi kembali inhale dan exhale. Ketika otot kesadaran menguat dan ditekuni, maka pikiran dan perasaan muncul. Sehingga ada jarak antara dirimu dengan pikiran dan perasaan”.
Selanjutnya emosi positif, dapat menjadi sumber kebahagiaan yang ada baiknya dibagikan ke sekeliling maupun orang-orang terdekat.
Misalnya berbagai pengalaman manis kita curahkan dapat membuat individu, kelompok atau masyarakat terinspirasi sekaligus termotivasi untuk melakukan hal-hal baik.
Contoh menekuni bidang apapun disertai rasa cinta, mulai keluar dari zona nyaman dan meraih impian secara bersama dapat meningkatkan metabolisme tubuh.
Namun, jika emosi positif dan emosi negatif berlebihan tentunya tidak baik untuk kesehatan mental yang menimbulkan penyakit bipolar disorder.
Eitsss!!! Jangan self diagnose dulu yaa? Karena self diagnose hanya tugas seorang professional di bidangnya seperti Psikolog dan Psikiater.
Kelima, jangan membandingkan diri kita dengan orang lain. Karena kemampuan dan bakat yang kita miliki tidak sama dengan yang lain. Boleh-boleh saja hanya sekadar melihat sebagai motivasi agar bangkit setelah gagal.
Keenam, perfeksionis tetapi tidak realistis. Menuntut perfeksionis dapat menghilangkan sesuatu yang terbaik. Mengapa bisa terjadi?
Hal ini terjadi karena apapun yang kita rencanakan dalam membuat program tidak bisa seratus persen baik-baik saja tanpa hambatan.
Misal, salah satu anggota kita tidak masuk atau sengaja pergi maka otomatis pikiran dan perasaan bereaksi negatif seperti intoleransi, marah-marah karena tak bisa memaklumi hal tersebut.
Padahal seharusnya kita sebagai pemimpin perusahaan atau apapun itu memunculkan rasa tenggang rasa atau empati terhadap semua orang agar lebih lega menerima apa adanya.
Ketujuh, saat kita memulai interaksi dengan orang lain perlu diingat bahwa sebagai individu makhluk sosial tidak bisa menyenangkan seseorang agar kita lebih diterima, dihormati dan disanjung.
Harus menjadi diri kita apa adanya. Jika be your self tertanam di hati maka banyak orang lebih menyukai kita. Karena kejujuran menerima diri sendiri.
Kedelapan, memperbaiki spiritualitas dengan Sang pencipta seperti mengkokohkan Aqidah, Ibadah dan Muamalah.
Aqidah berkenaan dengan tauhid, ibadah yakni seperti shalat, zakat, puasa, sedekah dst. Sementara itu, Muamalah berkenaan dengan hubungan manusia berdasarkan syariat.
Muamalah memiliki peranan penting. Penelitian Harvard University In the Longest Study on Happiness, menyatakan orang yang bahagia memiliki relasi dengan orang-orang sekitar itu baik.
Terakhir, memperbaiki kualitas tidur supaya emosi bisa dikendalikan. Jika berdampak buruk dapat menurunkan imunitas tubuh yang menimbulkan gejala kelelahan fisik dan mental.
Growth Mindset Menimbulkan Rasa Optimis
Growth Mindset adalah sebuah kepercayan yang ada pada diri setiap manusia untuk mendorongnya ke arah lebih baik.
Artinya ketika penderita skizofrenia berada pada situasi dan kondisi yang buruk, keinginan menyerah dalam hidup dsb.
Kita perlu memberi suntikan semangat agar terus mengembangkan potensi dan aktivitas yang baru dimulai. Semua itu bisa dikatakan teguran semesta menggugah cita-cita dan cinta penyintas skizofrenia.
Growth mindseth dapat mengubah si penderita skizofrenia untuk optimis diiringi rasa cinta ‘sepenuh hati’ terhadap pekerjaan ataupun aktivitas.
Rasa optimis dapat mempengaruhi daya pikir dan mental karena Ia berpegangan teguh untuk selalu meng-upgrade perilaku dan pemikirannya.
Saking cintanya nih, sama pekerjaannya sampai-sampai rela tidak dibayar karena etos kerja yang baik dan sesuai potensinya.
Selain itu, penyintas skizofrenia dapat fokus terhadap suatu hal yang Ia sukai dan minati. Hingga mengerahkan tenaga dan jiwanya karena pekerjaan tersebut dibutuhkan banyak orang dan dapat berdampak baik pada kesehatan fisik.
Jadi kesehatan fisik dan mental saling berhubungan satu sama lain. Maka dari itu kita perlu melatih mental dan fisik agar sebisa mungkin meraih asa dan menebar cinta kepada setiap insan. Tetap Semangat!
__________________________
Kontributor: Ikhlasul Amalia M, Mahasiswi KESOS, FISIP, UMM.
Instagram: mynicknamelia