Suatu sore saat saya menenangkan diri dari lelahnya patah hati di dalam kamar yang berantakan, tiba-tiba datang seorang kawan berkunjung. Dia mengenakan kaos tim kesebelasan Boca Junior, salah satu klub yang dicintai sang legenda sepak bola, Diego Armando Maradona.
Kawan saya yang satu ini memang berlebihan menggilai Maradona, beberapa kali saya sarankan agar dia menjadikan Maradona sebagai Tuhan-nya, seperti kelompok yang menamakan diri sebagai Iglesia Maradoniana. Kelompok tersebut didirikan oleh Ajejandro Veron, Hernan Amez dan Hector Campomar tahun 1998 di Rosario, Argentina.
Sebelumnya, Maradona menjadi buah bibir setelah kesehatannya memburuk akibat penyakit yang menyerang otaknya. Kemudian, operasi dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Takdir berkata lain, tanggal 25 November 2020 Maradona dinyatakan meninggal akibat detak jantungnya berhenti.
Kembali ke cerita kawan saya yang bodoh itu. Sejak mendengar salamnya, saya sudah tahu tujuan dia datang pasti ingin berbincang seputar sepak bola dan kematian Maradona yang begitu mendadak.
Dengan nada bicara medok, dia berapi-api bercerita bagaimana Maradona sangat dicintai oleh penduduk Naples (Italia) dan tentu masyarakat Argentina. Maradona adalah dewa bagi penggemar Napoli, karena dia mengubah sejarah saat membela tim tersebut selama tujuh musim (1984-1991), prestasi yang diraih ialah dua Scudetto, satu Piala Italia dan piala UEFA.
Maradona dianggap sebagai sosok yang mengangkat harkat dan martabat penduduk Kota Naples karena ia dan Napoli berhasil menggusur dominasi AC Milan dan Juventus sebagai raksasa sepak bola Italia pada masa itu.
Keberhasilan Argentina menjuarai Piala Dunia 1986 di Meksiko setelah mengalahkan Jerman Barat dengan skor 3-2 juga tidak lepas dari keahlian Maradona dalam menggocek bola. Terbukti, satu assist dia berikan pada Jorge Burruchaga di menit ke-84.
Kepergiannya di usia ke-60 sontak mengagetkan seluruh penduduk bumi, berbagai penghormatan dilakukan untuk melepas kepergiannya.
Di Kota Naples, fans Napoli berbondong-bondong turun ke jalan untuk menangisi kepergiannya. Wali Kota Naples juga memberi penghormatan tertinggi untuk Maradona dengan mengganti nama Stadion San Paolo (Kandang Napoli) menjadi Stadion Diego Armando Maradona.
Boca Juniors, salah satu tim sepak bola yang berasal dari kota Buenos Aires, Argentina, memberi penghormatan dengan cara memadamkan lampu Stadion La Bombonera (markas Boca Juniors) kecuali satu lampu di boks VIP milik Maradona semalaman. Aksi tersebut dilakukan juga untuk melepas kepergian Maradona, yang pernah membela Boca Juniors pada tahun 1981-1982 dan 1995-1997.
Sikap Berani Dari Seorang Perempuan Bernama Paula Dapena
Cerita yang disampaikan seorang kawan tersebut membuat saya tertarik mencari tahu lebih banyak bagaimana bentuk penghormatan yang dilakukan untuk melepas kepergian Maradona.
Klub-klub liga Italia melakukan penghormatan dengan cara menghentikan pertandingan di menit 10 untuk bela sungkawa, klub River Plate menyalakan lampu Stadion Monumental semalam penuh sebagai penghormatan.
Namun, ada satu perempuan yang menolak menghormati kepergian Maradona, dia adalah Paula Dapena, pemain sepak bola perempuan yang berasal dari klub Viajes Interrias FF.
Saat pemain lain berdiri untuk menghormati Maradona, dia justru duduk menghadap belakang karena enggan memberi penghormatan seperti yang dilakukan oleh rekannya. Alasan yang disampaikan karena semasa hidup Maradona sering melakukan kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan.
“Maradona memang legenda sepak bola yang spektakuler, tapi dalam kehidupan biasa dia adalah pelaku kekerasan terhadap perempuan. Beberapa hari lalu, di hari penghapusan kekerasan terhadap perempuan, gesture ini tidak dilakukan. Dan jika megheningkan cipta tidak dilakukan pada korban, aku tidak akan melakukannya pada pelaku,” ucap Paula saat diwawancarai oleh jurnalis Marca.
Maradona dikenal sebagai sosok yang sering bergonta-ganti pacar dan beberapa kali terlibat dalam dugaan kasus kekerasan terhadap perempuan.
Saat Piala Konfederasi 2017, Ekaterina Nadolskaya yang merupakan reporter SM News berkesempatan mewawancarai Maradona. Awalnya, Ekaterina ingin mewawancarai Maradona di lobi hotel, namun Maradona bersedia wawancara jika dilakukan di kamar hotelnya. Ketika di dalam kamar, setelah beberapa pertanyaan dijawab, Maradona menyuruh Ekaterina melepas seluruh pakaiannya.
Kejadian tersebut membuat Ekaterina melepas sebagian pakaiannya lalu menolak, hingga Maradona memanggil petugas keamanan hotel dan membawa Ekaterina ke lobi hotel dengan setengah telanjang. Petugas hotel lalu datang membawa barang Ekaterina setelah menunggu selama tiga jam.
Dalam kasus lain, Maradona sempat dilaporkan akibat pemukulan terhadap mantan pacarnya, Rocio Oliva di Madrid pada tanggal 15 Januari 2017 saat akan menyaksikan pertandingan antara Real Madrid melawan Napoli.
Tak bisa dipungkiri, Maradona adalah satu sepak bola terbaik yang pernah hidup. Dia adalah legenda, bukan dewa. Hidupnya penuh dengan masalah, mulai dari narkoba yang merusak karir, kecanduan seks, hingga kontroversi gol tangan tuhan yang melegenda.
Tentu kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam bagi para penggemar sepak bola diseluruh dunia. Kehebatannya diatas lapangan menjadi yang terbaik dan tak tertandingi. Apa yang dia lakukan selama 7 musim membela Napoli dan membawa Argentina menjuarai Piala Dunia merupakan bukti bahwa dia adalah pahlawan.
Rest In Peace, Diego Armando Maradona.
Discussion about this post