Banyak yang tidak setuju dengan isu pendidikan yang dicanangkan oleh Pak Prabowo dan Pak Nadiem akhir – akhir ini. Mungkin, generasi milenial saat ini takut dengan imajinasi pendidikan militer yang menyeramkan.
Berdasarkan survey mata memandang dan telinga mendengar, rata – rata pihak yang tidak menyetujui proyek ini adalah mahasiswa muda dan laki – laki dong tentunya. Huh!, untungnya sudah jadi mahasiswa tua. Hiyaa!, baru kali ini ada keuntungan jadi mahasiswa tua.
Kita semua tahu jika Program Bela Negara akan dikolaborasikan dengan Program Merdeka Belajar. Program ini dicanangkan oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pendidikan, dan kabarnya masih dalam tahap rencana.
Sasaran program ini ialah mahasiswa namun hukumnya ialah sukarela. Dalam satu semester, mereka bisa ikut pendidikan militer dan nilai akan dimasukkan ke dalam Satuan Kredit Semester (SKS) yang diambil. Tujuannya ialah menangkal intoleransi dan radikalisme, serta cinta bangsa dan tanah air.
Jadi, kenapa kita tidak mengatakan yes untuk usaha pemerintah dalam menciptakan generasi yang kuat dan disipilin ala militer? Mengapa segala usaha pemerintah dalam memajukan negeri selalu berujung penolakan oleh rakyat Indonesia? Sampai sini, pandangan saya terhadap proyek pemerintah ini ialah sepakat.
Katakan ‘Ya’ untuk Pendidikan Militer
Setuju, jika konteksnya saat ini ada ancaman keamanan untuk persiapan perang. Memang sedikit kuno jika membahas kemungkinan perang namun apa salahnya mengandai – andai.
Perang adalah sesuatu hal yang benar – benar absurd bagi negara seperti Indonesia. Apalagi jika menilik sejarah terlalu banyak pertumpahan darah di tanah kita.
Kemungkinan perang yang saat ini terjadi ialah perang urat syaraf. Kekerasan benar – benar sudah ketinggalan zaman. Selain itu, memakan biaya dan menghasilkan kerugian.
Jadi, jika adanya peperangan masyarakat pasti siap sedia untuk dilatih bela diri dan bela tanah air. Tapi, kalau dipikir – pikir kembali sepertinya masih mustahil terjadi dekat – dekat ini.
Selain kemungkinan diatas, ada rasa penasaran saya terhadap militer terkait kurikulum militer. Apa yang melatar belakangi militer bisa masuk ke ranah politik? Mungkin masih ada yang penasaran dengan militerisasi di masa Soeharto.
Saat itu, mengandalkan aparat militer untuk turun menyelesaikan masalah adalah kebiasaan. Bahkan, merongrong masuk ke ranah politik Indonesia.
Apa motivasi serdadu kita? Jika kita ingin mengetahuinya secara live ekslusif, apa salahnya untuk menyetujui pendidikan militer usulan Pak Prabowo dan Pak Nadiem?
Ada beberapa perilaku tentara kita yang menambah rasa penasaran lainnya. Karena, melihat perilaku aparat saat ini terlampau sering mendukung kekuasaan dibanding rakyat. Hal ini sering sekali menjadi alasan masyarakat geleng – geleng kepala.
Entah apa yang dipikirkan serdadu kita? Apa yang telah merasuki mereka hingga tega – teganya melarang ini – itu? Semisal, razia buku berpaham kiri atau yang menentang kekuasaan. Jalan satu – satunya untuk mengetahuinya secara real adalah mengikuti pendidikan militer untuk mencari tahu doktrin apa yang mereka tanamkan kepada prajurit.
Jadi, sampai sini sudah berubah pikiran? Atau masih kekeuh untuk tidak setuju? Anda ingin membentuk tubuh yang ideal? “Maaf bukan promosi”, setuju lah dengan rencana ini.
Nah, kalau ini sih bonus tentunya, mengingat disiplin militer sering diacungi jempol. Bahkan, dikagumi banyak wanita karena dianggap lakik dan maco banget.
Disiplin dalam militer bisa mengajarkan masyarakat untuk lebih pintar dalam mengatur pola makan dan lain – lain. Perempuan mana dong yang tidak melirik laki – laki seperti ini. Apalagi sekarang sedang tren Drakor oppa – oppa ala militer yang menawan hati.
Tapi, nih ada tapinya!!! Jika memang rencana ini terealisasi, kira – kira akan ada hal unik yang terjadi nggak ya? Kontradiksi terhadap rencana tersebut harus dijadikan analisa juga.
Mengandai – andai Bila Pendidikan Militer Terwujud
Bayangkan adanya Kontradiksi pemahaman antara aktivis dan pendidikan militer dalam kelas. Bisa dibayangkan tentunya jika aktivis ikut pendidikan militer dan kontra dengan ajaran militer. Bisa – bisa ada ajang perdebatan di dalam kelas dan “hilang”. Upss!!! Keceplosan.
Kritis terhadap sebuah kebijakan itu perlu. Karena timbulnya kemungkinan yang tidak diinginkan harus dijadikan pertimbangan. Bisa jadi doktrin militer terhadap mahasiswa agar tidak kritis kepada negara akan menjadi kesempatan dalam rencana ini. Larangan melawan terhadap negara dengan dalih mengurangi kekerasan. Sehingga enggan mengkritisi kebijakan pemerintah.
Apabila mahasiswa sudah dimiliterisasi, gerakan apalagi yang kita harapkan untuk melawan ketidakadilan bila mahasiswa sudah bungkam. Mahasiswa adalah penengah antara kekuasaan dan rakyat.
Militer pun akan menyisipkan doktrin untuk melarang mempelajari paham ini – itu. Upaya kritis dari mahasiswa dianggap sebagai ancaman ideologi negara. Dan mungkin mengurangi rasa nasionalisme sebagai rakyat Indonesia.
Sehingga, apa yang dipelajari mahasiswa dalam pendidikan tersebut kesuluruhan adalah pemahaman dalam lingkaran kenegaraan. Dan menganggap ideologi yang tidak sesuai adalah ideologi yang jahat.
Solusi untuk menangkal intoleransi dan radikalisme bukan hanya pendidikan militer. Logika sepert ini sama saja dengan anggapan, intoleransi dan radikalisme terjadi akibat masyarakat tidak mengikuti pendidikan militer.
Jadi mikir lagi kan!!! Jangan – jangan ini salah satu cara untuk menunjukkan superioritas dari militer Indonesia. Tujannya agar dianggap paling nasionalis dan patriotik dalam urusan menangkal intoleransi dan radikalisme.
Pendidikan militer juga memungkinkan adanya penyalahgunaan pelatihan. Misalnya, ada sebagian mahasiswa, dirinya memiliki kemampuan bela diri ala militer. Kemudian, kemampuan itu digunakan untuk membalas dendam. Lebih parahnya lagi jika ilmu bela diri tersebut disalahgunakan untuk berkelahi dengan selingkuhan pacar kita semisal. Nggak ada yang tahu kan!?
Pilihan untuk tidak setuju pun mesti dianalisa lagi, sebab adanya pendidikan militer memiliki banyak keuntungan. Tetapi, pilihan tersebut lebih bijaknya ditentukan bila ada konsep yang jelas dari pengaju rencana tersebut.
Discussion about this post