Rabu, Februari 1, 2023
LintasBatas.co
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
LintasBatas.co
No Result
View All Result
Home Resensi

Menilik Kekejaman Nazi melalui Komedi Satir dalam Film Jojo Rabbit

Redaksi by Redaksi
16/01/2023
in Resensi
Dibaca Dalam: 4 menit
170 3
A A
0
Menilik Kekejaman Nazi melalui Komedi Satir dalam Film Jojo Rabbit

Desain grafis oleh Isvi Wulandari

320
SHARES
2.5k
VIEWS
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

Judul Film: Jojo Rabbit

Sutradara: Taika Waititi

Produser: Carthew Neal, Taika Waititi, Chelsea Winstanley

Penulis: Taika Waititi

Genre: Komedi, Drama

Durasi Film: 1 jam 48 menit

Baca juga:

Mirabal Sisters, Inspirasi Lahirnya Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Perjuangan Sang Pembawa Pesan di Tengah Perang Dunia

Bahasa: Inggris

Rating: PG-13

Rilis di bioskop: 8 November 2019

Resentator: Bening Tiara Shany*

 

Perang Dunia II merupakan sebuah simbol kedigdayaan Adolf Hitler sebagai pemimpin Jerman dengan ideologi Nazismenya. Film dengan latar waktu perang ini tidak lagi dikemas dengan adegan tragis, memilukan atau bahkan menegangkan, melainkan film ini berhasil mengemasnya dengan komedi dan satir untuk menggambarkan masa-masa kelam saat Hitler menjalankan kepemimpinannya.

ADVERTISEMENT

Jojo Betzler seorang anak berusia 10 tahun digambarkan sebagai seorang simpatisan muda Nazi. Sejak awal film dimulai, Jojo yang penuh semangat berteriak “Heil Hitler!” bersama dengan teman imajinasinya – Adolf Hitler – menunjukan kuatnya doktrin Nazi terhadap masyarakat Jerman meskipun mereka hanya seorang anak-anak.

Usai membakar semangatnya dengan meneriakan “Heil Hitler!” berkali-kali, Jojo akhirnya pergi ke kamp pelatihan calon tentara Nazi yang diikuti mulai usia anak-anak sampai remaja.

Dalam dialognya Kapten K menyebutkan bahwa dalam kondisi perang, anak laki-laki berlatih baris-berbaris, latihan bayonet, melempar granat sedangkan anak perempuan mereka bertugas untuk merawat luka, merapikan ranjang, bahkan bertugas untuk melahirkan demi menciptakan regenerasi baru.

Maka yang bisa kita lihat adalah dalam kondisi perang terdapat pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki, dan tetap yang menjalani fungsi domestik selalu perempuan sedangkan yang turun berperang hanya laki-laki.

Jika berbicara Nazi dan Hitler di masa Perang Dunia II, ada sejarah kelam yang terjadi dan berkaitan dengan kebencian terhadap Yahudi. Jojo Rabbit menyampaikan pesan kebencian bangsa Jerman terhadap Yahudi dengan menyebarkan doktrin bahwa Bangsa Arya dianggap sebagai ras paling unggul dan Bangsa Yahudi merupakan ras yang paling lemah.

Bahkan, doktrin tersebut disampaikan kepada Jojo dan teman-temannya dan menekankan bahwa Bangsa Arya lah ras yang paling maju dalam peradaban. Adegan kebencian tersebut juga didukung dengan pembakaran buku-buku yang ditulis oleh orang-orang Yahudi.

Di satu sisi, film ini juga memperlihatkan adanya pertentangan antara pemahaman dengan perasaan. Hal ini bisa dirasakan oleh penonton saat Jojo berkata bahwa menurutnya Bangsa Yahudi tidak semengerikan apa yang disampaikan para pelatih di kamp tersebut.

Ditambah lagi saat Jojo dihadapkan dengan posisi Ia sebagai tentara kecil Nazi yang harus mengesampingkan rasa iba dan posisi Ia sebagai anak kecil dengan rasa kemanusiaan tinggi lalu diperintahkan untuk membunuh seekor kelinci yang tak berdosa. Saat Ia menolak, maka Ia dicap sebagai seorang yang penakut dan tidak pantas untuk menjadi tentara Nazi. Konsekuensinya, Ia kemudian dijadikan pekerja untuk menyebarkan propaganda Nazi di penjuru Kota Jerman.

Bak pemandangan umum di Jerman pada masa itu, Fasisme Jerman juga membunuh masyarakat yang tidak mendukung Nazi dengan menggantungnya dan ditampilkan di muka publik. Di kaki mereka tergantung slogan “befreit deutschland, bekämpft die partie” yang memiliki makna “membebaskan Jerman, melawan partai.”

 

 

 

 

 

Di dalam perseturuan yang menegangkan antara Jerman dengan Yahudi, Jojo dikejutkan dengan adanya seorang perempuan bernama Elsa yang berasal dari Bangsa Yahudi dan tinggal di loteng rumahnya. Ternyata, Elsa disembunyikan oleh Ibu Jojo – Rosie Betzler – dari kekejaman pemerintah Jerman agar tidak dibunuh dan memberikan kesempatan pada Elsa untuk bisa menikmati hidupnya sebagai seorang manusia. Adegan tersebut menunjukan bahwa, tidak semua masyarakat Jerman membenci Yahudi dan berniat untuk memusnahkan ras mereka.

Dalam satu klip, Rosie merasa bahagia saat mengetahui kondisi berubah, sekutu menduduki Italia dan Perancis akan menjadi target selanjutnya. Ia merasa senang karena Ia mengharapkan perang akan segera berakhir karena menurutnya perang adalah hal bodoh, maka semakin cepat damai akan lebih baik. Padahal, Ayah Jojo adalah seorang prajurit yang sedang berjuang untuk kemenangan Jerman.

Terdapat potongan dialog antara Rosie dengan Jojo, Ia menasehati Jojo dengan berkata bahwa anak usia 10 tahun seperti Ia seharusnya tidak merayakan perang dan politik. Jojo seharusnya bisa menikmati kehidupan seperti seorang anak-anak pada umumnya seperti memanjat pohon. Dalam dialog tersebut pun akhirnya menyadarkan penonton bahwa perang tidak hanya merenggut hak kehidupan orang-orang dewasa, tetapi perang pun merugikan anak-anak yang kehilangan waktu untuk menikmati masa kecilnya.

Seiring berjalannya alur, kedatangan Gestapo Falkenheim yang bertujuan untuk melakukan penggeledahan di rumah Jojo juga mampu menimbulkan ketegangan bagi penonton, karena di rumah tersebut terdapat Bangsa Yahudi yang bersembunyi. Adegan ini pun mampu merepresentasikan kebencian Jerman yang tidak ingin Bangsa Yahudi melangsungkan kehidupannya di tanah Jerman.

Alur semakin menegang saat Jojo yang sedang menjadi pelayan sosial melihat ibunya menyebarkan selebaran bertuliskan “befreit deutschland, bekämpft die partie”. Adegan ini membantu film tersebut mencapai titik puncak saat Jojo yang sedang menyusuri kota dan akhirnya menemukan jasad ibunya yang tergantung di muka publik karena tindakannya tersebut.

 

 

 

 

 

Kematian Rosie juga diikuti dengan kekalahan Jerman terhadap sekutu yang disusul dengan berhasilnya Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan India datang untuk menduduki Jerman. Situasi tersebut diwarnai dengan jatuhnya korban-korban akibat serangan senjata, bahkan Prajurit Jerman dan mereka yang masih memakai seragam Nazi pun ditangkap dan disiksa.

Semangat Jojo pun hilang saat temannya – Yorki – memberi tahu bahwa Hitler menyerah dengan menembakan peluru ke kepalanya. Hitler teman imajinasinya itu lalu datang menghampiri Jojo dan meminta penghormatan untuk terakhir kalinya. Sembari menendang Hitler, akhirnya Jojo pun kehilangan rasa simpatinya terhadap Hitler begitu pun Nazi dan Jerman akhirnya kalah dalam Perang Dunia II.

Dalam Jojo Rabbit, film ini menyampaikan pesan bahwa perang bisa merugikan semua lapisan masyarakat. Diiringi dengan kuatnya Fasisme Jerman, mereka dituntut untuk tetap bertahan hidup dan mengikuti semua perintah dari pemimpin negara. Tak segan, mereka juga harus menerima ancaman kehilangan nyawa apabila membelot dari pemerintahan yang berlangsung. Bukan hanya kerugian secara finansial, perang juga membuat mereka kehilangan keluarga, pekerjaan, bahkan mereka tidak bisa menikmati hidup dengan bebas.

 

*Resentator adalah Mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Instagram: @1vmrmt 

Tags: AdolfHitlerJermanNaziPerangDuniaII
ADVERTISEMENT
Redaksi

Redaksi

LintasBatas.co adalah kanal berita bentukan mahasiswa independen. Pembaca dapat mengirimkan tulisannya melalui email redaksi@lintasbatas.co.

Artikel Lainnya

Mirabal Sisters
Resensi

Mirabal Sisters, Inspirasi Lahirnya Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

by Redaksi
26/11/2022
perjuangan pesa
Resensi

Perjuangan Sang Pembawa Pesan di Tengah Perang Dunia

by Redaksi
14/05/2021
petualangan semesta
Resensi

Petualangan Menyelamatkan Semesta di Luar Angkasa

21/05/2021
menghadapi luka
Resensi

Menghadapi Luka dan Kehilangan Sosok Yang Berarti

by Redaksi
10/05/2021
cinta sejati
Resensi

Pemuda Kreatif Yang Mencari Cinta Sejati

by Redaksi
03/05/2021

Discussion about this post

Hasrat Politik dan Lahirnya Ilmu Kalam

Hasrat Politik dan Lahirnya Ilmu Kalam

19/01/2023
Menilik Kekejaman Nazi melalui Komedi Satir dalam Film Jojo Rabbit

Menilik Kekejaman Nazi melalui Komedi Satir dalam Film Jojo Rabbit

16/01/2023
Pentingnya Mitigasi Di Sektor Wisata yang Terancam Bencana, RePORT Institute Mengadakan Diskusi Akhir Tahun

Pentingnya Mitigasi Di Sektor Wisata yang Terancam Bencana, RePORT Institute Mengadakan Diskusi Akhir Tahun

07/01/2023
  • REDAKSI
  • DISCLAIMER
  • KIRIM TULISAN
  • KONTAK KAMI
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
Media Independen Mahasiswa

© 2018-2021 Lintas Batas - Media Independen Mahasiswa

No Result
View All Result
  • Login
  • Sign Up
  • Home
  • Opini
  • MILD
  • GKB
  • Lipsus
  • Resensi
  • Resah
  • Silam
  • Kirim Tulisan

© 2018-2021 Lintas Batas - Media Independen Mahasiswa

Welcome Back!

Sign In with Google+
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google+
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist