Judul buku: “Muhammadiyah Digugat: Reposisi di Tengah Indonesia yang Berubah”
Editor: Nur Achmad & Pramono U Thantowi
Penerbit: Kompas
Tahun terbit: 2000
Tebal buku: 300 halaman + XX
Resentator: Irfan Anas Zain*
“Muhammadiyah mandeg, tradisionalis, terjebak dalam rutinitas amal usaha-usahanya.” Sekilas melihat pernyataan diatas, tentunya kita sebagai warga Muhammadiyah sedikit tercenung. Mungkin ada diantara kita yang langsung berkomentar, “Wah, siapa sih yang bilang?”. Atau ada juga yang berpikir keras, benarkah Muhammadiyah yang selama ini begitu membanggakan menjadi seperti itu. Atau mungkin ada yang sebagian yang diam-diam membenarkan pernyataan itu.
“Muhammadiyah Digugat: Reposisi di Tengah Indonesia yang Berubah”. Sesuai judulnya, buku ini berisikan gugatan-gugatan bagi Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia dari berbagai aspek dan sudut pandang. Buku yang dibuka dari prolog Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif ini merupakan kumpulan-kumpulan artikel yang pernah dimuat di harian Kompas mulai tahun 1990 sampai 2000.
Dalam buku ini, dapat ditemukan banyak penilaian-penilaian yang bersifat menggugat seperti, penilaian bahwa Muhammadiyah telah mandeg dan lebih tradisionalis, lalu keterjebakan Muhammadiyah dalam rutinitas urusan amal usahanya. Tapi di buku ini juga terdapat penilaian positif seperti orang yang menilai bahwa Muhammadiyah adalah LSM terbesar di dunia. Dilihat dari amal usaha-usahanya yang sudah semakin menjamur.
Selain itu, buku ini membahas tentang hubungan Muhammadiyah dengan dunia sosial politik Indonesia dewasa ini. Juga mengkaji hubungan Muhammadiyah dengan gerakan modernisme Islam, gerakan salafiyah, serta NU dan PAN. Selain itu, buku ini mencermati pula peran kultural dan struktural yang dimainkan Muhammadiyah dalam situasi Indonesia yang seperti sekarang dan di masa depan. Paparan kisah kepemimpinan, ketokohan, dan perjalanan singkat Muhammadiyah beserta dinamika internal organisasi juga terjadi dalam buku ini.
Buku ini dibagi dalam lima bagian. BAB pertama yang bertemakan “Muhammadiyah dan Wacana Pembaruan Pemikiran Islam”. Berisi sebelas artikel dari berbagai penulis, seperti: Haedar Nashir, Azyumardi Azra, Elly Roosita dengan beberapa judul artikel seperti, “Memahami Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah”. Bagian kedua dengan tiga belas artikel karangan nama-nama besar seperti: AM. Fatwa, Abdul Malik Fadjar berbicara dengan topik “Muhammadiyah dan Wacana Sosial Politik”. Satu diantara banyak judul artikel: “Muhammadiyah dan NU Berpacu dalam Politik”.
Nama-nama seperti SN Ratmana, H. Rosihan Anwar, Emang Ainun Najib menghiasi bagian ketiga yang memiliki sembilan artikel bertopikkan “Muhammadiyah dan Wacana Sosial Ekonomi dan Budaya”. Judul artikelnya pun tak jauh berbeda dengan topik yang disajikan semisal “Moralitas dan Muhammadiyah”.
Topik “Muhammadiyah, Kepemimpinan dan Ketokohan” akan anda temukan bagian keempat dengan tujuh artikel. Bagian terakhir atau kelima berisi tujuh artikel bertolak belakang. Bertopik “Muhammadiyah, Perjalanan Sejarah, dan Dinamika Internal”. Hardi Hamzah dkk menulis artikel-artikel dengan judul “Kaumanisme dan Implikasinya dalam Muhammadiyah”, “Anggaran Dasar Muhammadiyah dari Masa ke Masa”. Dan banyak lainnya.
Sebagai sebuah kumpulan artikel, tentunya buku ini memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, dalam buku ini terdapat beragam pandangan, ide, dan penilaian yang saling melengkapi dari banyak orang sehingga menjadi wahana diskusi yang menarik diantara penulis dan pembaca. Kekurangannya, buku yang berasal dari banyak penulis ini tidak bisa seutuh dan dan seruntu buku biasa yang memang sengaja ditulis sebagai sebuah buku. Dan kadang dia bisa menimbulkan miss percepsion apabila pembaca tidak memperhatikan siapa, kapan, dan dalam situasi apa tulisan itu dibuat?
Karya unik dan khas yang mengkaji gerakan multi dimensional Muhammadiyah ini ditutup dengan epilog dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah hasil Muktamar 2005 lalu, yakni pak Dien Syamsuddin. Buku biru ini sangat penting dan hangat, perlu dibaca oleh para Pimpinan dan aktivis Muhammadiyah. Tidak hanya itu, para cendekiawan muda kampus, tokoh masyarakat, agamawan, politisi, pengamat sosial politik ekonomi budaya, bahkan para pejabat pemerintah terlebih siswa-siswa Muhammadiyah sebagai anak panah persyarikatan Muhammadiyah yang akan dilepas sebagai tulang punggung bangsa ini.
*Resentator adalah Alumnus Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta,
Taruna Aktif Tingkat Madya di Sekolah Tinggi Perikanan.
Twitter/Instagram: anaszain_