Oleh: Iqbal Darmawan*
Narkoba merupakan benda yang menjadi perantara kesenangan karena dianggap membantu menenangkan diri dari depresi dan guncangan batin yang dahsyat. Selain itu, narkoba menjadi bumbu penyedap yang pas dalam membuat hasrat dan imaji menjadi terasa nyata bagi pengguna.
Benda ini merasuk dan meresap ke berbagai lapisan masyarakat dari kelas bawah hingga kelas atas, dari anak kecil hingga orang dewasa, dari supir truk hingga ke pejabat publik dan artis papan atas.
Kalibrasi dampak penggunaan narkoba memang bergantung jenis zat yang dipakai. Akan tetapi yang tak kalah penting adalah faktor dominan yang mendorong seseorang mengkonsumsi narkoba.
Narkoba sering menjadi rujukan pelarian atas permasalahan hidup selain alkohol. Karena motif tujuan mengkonsumsi barang ini sangat variatif.
Mulai dari untuk melupakan masalah dan membuat diri menjadi tenang, tuntutan pekerjaan yang membuat dia butuh doping agar kuat bekerja, hingga sekelas bertujuan penguatan hasrat seksual dalam fighting diatas ranjang.
Selain motif psikis dan perlendiran, narkoba sering menjadi solusi instan bagi orang-orang yang kepepet secara ekonomi untuk menjadi kurir maupun bandar narkoba.
Bandar, Harga Cair & Sasaran Pasar
Berbicara narkoba tak terlepas dari salah satu aktor utamanya yakni sang bandar yang tak terhitung jumlahnya. Baik pemain senior maupun kurir yang naik kelas dan bisa survive menjadi bandar baru. Kekuatan bandar terletak pada kemampuan mengendalikan peredaran dengan jaringannya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak bandar mengendalikan narkoba dibalik jeruji besi. Diluar negri harga narkoba sangat murah. Seperti yang dijelaskan anggota sie pemberantasan narkoba BNN Kota otak-otak bandeng, sebut saja pak Bran.
Beliau menjelaskan harga narkoba dari China dan Malaysia berkisar 200-300 ribu rupiah per kilogram, tergantung kualitas. Akan tetapi ketika masuk ke Indonesia harganya meningkat drastis karena tiap bandar menjualnya kembali untuk di ecer dengan harga yang lebih mahal. Dasar pematokan harga tidaklah pasti, yang pasti adalah sesuai keinginan sang bandar sebagai penentu harga.
Anggaplah harga 1 kg sabu dari China atau Malaysia seharga 500 ribu. Kemudian bandar yang ada akan menghubungi jaringannya untuk memesan barang tersebut. Setelah barang sampai kepada bandar yang memesan akan dijual kembali dengan paket per ons dengan harga 700 ribu.
Dan apabila 1 kilogram di jadikan peket per ons berjumlah 10 paket, maka si bandar akan mendapatkan uang sebanyak 7 juta dengan keuntungan bersih 6 juta 5 ratus ribu rupiah. Biasanya pembeli barang tersebut juga seorang bandar dan akan menjualnya dengan paket yang lebih kecil lagi dengan harga yang sesuai dengan keinginannya.
Semakin kecil berat kemasan perpaket maka keuntungannya juga akan semakin berlipat ganda, bahkan orang kedua dan seterusnya bisa menetapkan harga yang lebih mahal dengan berat yang lebih ringan dari tangan pertama untuk dijual. Sehingga harga narkoba sangat cair tergantung bandar yang menjual.
Sistem penjualan perpaket dengan harga yang variatif merupakan kreasi marketing untuk menjangkau sasaran pasar mulai lini kelas atas hingga kelas bawah, dari usia belia hingga orang tua.
Sehingga barang ini selalu saja laku keras dengan banyaknya orang depresi, lemah pendirian, dan haus akan glamoritas kesenangan hidup.
Kendali Bandar, Kurir, Hingga Intrik dan Sandiwara
Lapas sebagai tempat pembatasan gerak orang-orang yang dianggap kriminal justru merupakan tempat paling aman bagi para bandar. Pasalnya banyak peredaran narkoba di kendalikan oleh bandar yang mendekam di sel tahanan.
Modal finansial bandar lebih dari cukup untuk merayu para oknum lapas maupun penegak hukum lain yang haus akan kekayaan untuk berkolusi. Hanya dengan berbekal pemberian fasilitas perangkat komunikasi elektronik yang lebih dari satu membuat bandar terus menggeliatkan bisnisnya dalam giat lalu lintas perdagangan narkoba.
Jaringan kurir yang dimiliki begitu banyak dan luas sehingga tak perlu risau kehabisan stok. Cukup cari orang yang kepepet ekonominya untuk diberi job dan hutangan dana yang akhirnya menjadi metode rekrutmen kurir yang efektif. Selain itu para napi kelas teri yang lemah menjadi sasaran para bandar untuk direkrut menjadi kurir.
Mereka akan dilatih dan setelah bebas akan diberi job menjadi kaki tangan sang bandar. Bahkan aset dan kekayaan sang bandar bisa diatasnamakan kurirnya agar aktivitasnya tidak terdeteksi
Kesulitan membongkar sindikat peredaran narkoba di dalam lapas disebabkan banyaknya oknum yang melindungi dan memfasilitasi komunikasi sang bandar. Bahkan sipir dan aparat penegak hukum yang harusnya mengawasi justru menjadi oknum yang berkolusi dengan bandar.
Dalam analisis dramaturgi oknum tersebut berperan ideal ketika ada kunjungan atau pemeriksaan dari otoritas yang lebih tinggi, akan tetapi berbeda cerita dalam panggung belakang ketika tidak ada pemantauan atau pemeriksaan didalam lapas.
Alhasil aparat penegak hukum bermain sandiwara sesuai dengan script apabila dalam pemantauan otoritas yang lebih tinggi. Dan berubah drastis ketika dibalik layar menjadi oknum yang berkolusi dengan bandar.
Nasib Pemberantasan Narkoba Kedepan
Pak Bran selaku orang lapangan yang melakukan pemberantasan narkoba menjelaskan bahwa hal yang penting untuk dilakukan adalah memotong komunikasi bandar didalam sel dengan kurir dan jaringannya.
Ini bisa dilakukan dengan keterbukaan sipir dan lembaga lapas dalam benar-benar membongkar sindikat pengendalian dan peredaran narkoba didalam penjara.
Karena ketika handphone atau fasilitas komunikasi lain yang dimiliki bandar tidak ada maka arus lalulintas peredaran narkoba akan mandeg. Gendala problem ini begitu kompleks salah satunya adalah banyaknya sandiwara yang begitu rapi dan terstruktur dalam melindungi bisnis menggiurkan ini. Belum lagi banyaknya oknum aparat yang ikut bermain.
Berbagi pengungkapan kasus narkoba hanya menangkap pion-pion sang bandar. Karena otak yang mengendalikan kebanyakan sudah ada didalam penjara. “Mau ditangkap dan dibongkar tersangkanya sudah mendekam di penjara, terus mau diapakan lagi” tutur pak Bran.
Hal ini menjadi dilematis karena problem narkoba tidak akan pernah selesai dan hanya bermuara pada pasang surut. Hal ini juga diperkuat dengan sistem peredaran narkoba yang begitu mengikat dan sulit untuk keluar.
Karena siapapun yang sudah terjun kedalam bisnis ini akan meregang nyawa bersama keluarganya apabila keluar. Bahkan sang bandar pun tak pernah bisa menikmati hasil bisnisnya karena dia mendekam di penjara.
Nasib pemberantasan narkoba kedepan bergantung pada ketahanan masyarakat, institusi keluarga, dan kekuatan mental tiap individu dalam mengelola stres dan hasrat kesenangan. Sehingga tidak mudah depresi dan tertelan glamoritas yang menjadi faktor dominan untuk mengkonsumsi narkoba.
Terdengar klise apabila berbicara pentingnya penguatan akhlak dan moral bagi generasi muda. Akan tetapi hal ini yang mampu membentengi dan menguatkan keyakinan menuju awareness imanen, agar tidak gampang terjerumus penggunaan narkoba.
*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Instagram: @juluwangi
Discussion about this post