Oleh: Ardi Firdiansyah
Kenapa kita harus menjadi aktivis kampus? Pertanyaan krusial yang bakal kita kupas sampai tuntas.
Ada beberapa keuntungan kita menjadi aktivis kampus, diantaranya kita bisa menjadi perhatian publik (masyarakat kampus). Namun, tidak mudah menjadi aktivis yang diperhatikan publik, ada beberapa tips yang harus diperhatikan oleh aktivis kampus yang ingin menjadi pusat perhatian.
Diantaranya aktif di kelas, tapi bukan hanya sekedar aktif bicara loh. Tapi harus ada isinya, sebagai contoh kita harus memaparkan beberapa teori disertai data dan analisis yang akurat jika menyampaikan pendapat dalam kelas. Selain aktif di kelas, juga memiliki aksi nyata dengan turun langsung ke masyarakat.
Tidak banyak “aktivis” yang bisa melakukan itu, kebanyakan dari mereka hanya modal berani ngomong dikelas, tidak pernah turun ke masyarakat pula. Sungguh masalah yang pelik, juga tidak bisa dipandang simplistik
Perilaku itu biasanya menjadi pembenaran bagi mereka yang ikut organisasi mahasiswa, baik yang masuk organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Tanpa tedeng aling-aling mereka mengatakan “ini loh fungsi kita masuk organisasi, berani ngomong dan berdebat sama dosen”, biasa mereka itu adalah Mahasiswa Baru (Maba) atau mereka yang baru masuk organisasi.
Keuntungan lain menjadi aktivis kampus ialah kamu bisa mendapatkan informasi lebih awal terkait persoalan kampus atau isu-isu mengenai kondisi negara, biasa informasi itu diperoleh dari hasil penelusuran mereka diberbagai sumber, seperti buku, jurnal maupun berita-berita dari koran.
Tapi itu hanya bisa dirasakan oleh aktivis zaman dulu, kalau aktivis zaman sekarang kebanyakan mengutip dari youtube, instagram, tik-tok dan media sosial lainnya, yang antah brantah sumbernya dari mana. Dengan nada bicara yang sok-sokan nan kulbet, mereka cukup berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum, baik di kelas maupun ruang-ruang diskusi yang ada diluar kampus.
Para aktivis macam itu, tidak akan bertahan lama di organisasinya, mereka akan merasa puas dengan pencapainnya. Padahal mereka hanya modal berani aja. Ada lagi perilaku aktivis kampus yang kadang membuat geleng kepala, rasanya pingin ditabok.
Perilaku itu bisa kita lihat dari “oknum mahasiswa” yang masuk lembaga intra, mereka bergaya seolah-olah paling berkuasa, paling tau dan paling dekat dengan birokrasi kampus. Misal ketika Pengenalan Mahasiswa Baru (Pesmaba) berlangsung, mereka sering mengaku sangat dekat dengan beberapa dosen dikampus, biasanya sih siapa paling dekat dengan dosen biasanya cukup populer di kalangan maba.
Ada juga aktivis proposal, biasanya sebutan ini disematkan kepada mereka yang selalu menyodorkan proposal kegiatan dikampus, namun nihil agenda atau biasa disebut proposal siluman. Tidak semua aktivis kampus memiliki keahlian seperti itu, setidaknya aktivis macam ini harus memiliki keahlian menjilat dan tidak memiliki rasa malu.
Banyak cerita mengenai aktivis macam itu, ada yang mendapat uang jajan dari birokrasi, ada yang mendapat beasiswa dan bahkan ada juga yang meminta uang jalan demi melancarkan seruan dari pihak kampus.
Bahkan ada juga yang meminta uang untuk biaya persiapan pesta wisuda, sungguh miris mendengar cerita seperti itu diberbagai kampus. Lantas apa sebenarnya fungsi dari aktivis kampus? Untuk menjawab pernyataan itu, kita bisa membedah fungsi dari mahasiswa itu sendiri.
Dari sekian banyak fungsi mahasiswa yang disampaikan oleh para ahli, penulis mengambil dua fungsi utama mahasiswa. Pertama ialah sebagai agent of control, mahasiswa memiliki peran sebagai pengontrol kebijakan pemerintah dan kebijakan kampus yang kiranya tidak berpihak atau merugikan masyarkat dan mahasiswa secara luas. Kedua ialah sebagai agen perubahan, artinya mahasiswa mampu membawa perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, minimal merubah lingkungan kampus lebih baik dari sebelumnya.
Dua fungsi mahasiswa diatas mulai dilupakan oleh para aktivis kampus hari ini, sepertinya yang dijelaskan diatas bahwa aktivis kampus hari ini lebih banyak nonton youtube, scroll instagram. Yaaa nggak salah sih maen medsos, tapi sing produktif.
Alih-alih baca buku malah banyak melakukan “lobi-lobi’ dengan pihak birokrasi demi memenuhi kebutuhan pribadi dan kelompoknya dibanding menyuarakan aspirasi masyarakat dan mahasiswa.
Untuk mahasiswa yang baru ikut diklat berbagai organisasi mahasiswa, semoga kalian menjadi generasi yang bisa mengembalikan dua fungsi mahasiswa diatas. Jangan sampai kalian lebih dari senior-senior yang berprilaku seperti penguasa yang buta dan tuli terhadap kondisi dan situasi di sekitar kalian, terakhir ojo dadi aktivis kampus yang tura-turu ae. Manfaatkan identitas kalian sebagai aktivis kampus yang bisa berguna bagi orang sekitar.
Penulis adalah pemimpin redaksi LintasBatas.co
Instagram: @firdiansyah.ardi
Discussion about this post