Akhir-akhir ini, beranda story WhatsApp (WA) saya ramai dengan promosi buku dalam bentuk pdf secara free. “Yang minat Novel Aisyah bisa PC aku, free kok,” begitu kira-kira redaksinya. Hal ini cukup membuat penasaran, dari mana dan seperti apa buku-buku ini didapatkan dan didistribusikan.
Ditengah-tengah masa kampanye terkait penanganan wabah Covid-19 yang ramai digaungkan dengan hastag #dirumahaja, saya mengira beberapa penulis buku ikut membagikan bukunya secara gratis untuk membuat masyarakat nyaman dan cukup produktif di rumah.
Rasa penasaran ini pun saya coba jawab melalui pemastian respon dari para penulis yang bukunya disebarkan secara gratis. Dugaan saya pun teryata salah, nyatanya buku dalam bentuk pdf tersebut dibagikan tanpa sepengetahuan Penulis. Salah satu yang bersuara adalah Tere Liye.
Penulis Novel terkenal satu ini ikut merasakan dampak negatif akibat dari adanya oknum yang tidak bertanggung jawab menyebarkan karya-karyanya secara ilegal.

Tere Liye bersuara melalui laman Fanspage Facebook-nya. Ia menyampaikan jika penyebar karya-karyanya dapat dipastikan tidak mendapatkan izin resmi darinya. “E-book resmi hanya bisa dibaca di aplikasi, tdk bisa kalian pinjamkan,”.
Kita semua tahu, Indonesia memang berada diposisi yang rendah untuk minat baca membaca. Membaca buku adalah hal baik, apalagi untuk memperluas wawasan. Namun pembajakan bukanlah jalan yang benar. Ini sama saja mencuri hasil kerja keras seseorang.
Jika belum mampu membeli bukunya, sebenarnya banyak opsi. Beberapa diantaranya menunggu diskon-diskon dari penerbit dan percetakan hingga mengincar E-Book legal yang rata-rata harganya dibawah harga jual cetak.
Mungkin saya termasuk yang patut bersyukur karena ongkos membeli buku masih ditanggung orang tua. Beberapa diantara kita yang belum mampu, mestinya menabung untuk memperoleh hal-hal baik dengan baik dan benar.
Pembajakan di era digital ini memang terlihat semakin mudah. Dapat dilakukan secara diam-diam atau berkelompok. Kita dapat menginstall berbagai aplikasi berbayar yang harganya mahal hanya dengan sekali klik patch atau crack yang banyak tersebar di internet. Pun demikian dengan buku. Jika saja, karya-karya anak bangsa masih tidak dihargai dengan terus menyebarluaskan barang-barang bajakan, jadi siapa yang akan menghargai? Kalau penulis korban, berarti siapa tersangkanya?
Menghargai itu perlu. Banyak jalan untuk mendapatkan suatu karya dengan benar. Tidak ada bedanya kita dengan para tahanan KPK jika terus saja bangga menulis “Yang minat buku islam format pdf,” di status. Itu sama saja, “Saya habis mencuri laptop, mungkin ada yang ingin pinjam balas story ini saja,”. Yaa Allah~
Ironisnya lagi, ada beberapa penulis yang punya awareness tinggi terhadap legalitas karya/produknya, sehingga beberapa penulis pun merasa keberatan ketika karyanya di bajak. Tapi beberapa penulis malah mendapatkan komentar-komentar negatif oleh warga kita tercintah +62. Ada yang bilang pelit, yang nggak mau beramal atau nyinyir nggak semua orang bisa beli buku. Eh, karya apapun nggak akan pernah pantas Anda nikmati wahai Anda yang masih mainan saklar lampu~
Perihal nggak bisa beli buku, rasanya hampir semua punya smartphone dan punya paket internet pun juga ada wifi yang bayarnya bisa patungan. Toh juga beli E-Book di Playstore juga bisa menggunakan pulsa, apa lagi yang sulit?
Sikap menghargai mestinya mulai ditumbuhkan dari masing-masing kita. Jika saja, semua karya dibajak, bagaimana para seniman digital bisa berkarya. Karya kreatif seperti menulis tidak didapatkan dengan sekali jongkok di kamar mandi. Anda kira Fahri berperan sebagai pengajar di ayat-ayat cinta 2 tiba-tiba datang pas Abi Habiburrahman El Shirazy dengan hanya melihat langit? Yaa kan riset dulu beliau~
Solusi terbaik jika belum mampu beli buku, ya pinjam teman. Kedua jika ingin membaca secara gratis, IPusnas Perpustakaan Nasional menyediakan beberapa buku yang dapat dinikmati. Please deh ya, setelah ini kita jangan sebar-sebar lagi ebook atau buku bajakan gratis. Jangan bangga pada hal-hal yang tidak kita dapatkan secara benar. Supaya pula, wawasan yang kita peroleh bisa benar-benar bermanfaat bagi orang banyak.
Kontributor: Evy Lisda Chahyani, Alumni Fisioterapi, FIKES, UMM
Instagram: vy_lisda
Discussion about this post