Oleh: Diko Ahmad Riza Primadi*
“Dan masa kejayaan dan kehancuran itu Kami pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran. Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir, dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Ali Imran: 140)
Hari ini hampir seluruh negara di dunia sedang berduka. Mewabanya virus Corona atau yang lebih akrab kita sebut Covid-19 di 120 negara membuat segala hal berubah secara signifikan. Akankah ini menjadi tanda akan munculnya kejayaan atau sebaliknya?
Masa kejayaan dan kehancuran sebuah negeri telah dipergilirkan oleh Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 140 diatas.
Hal ini telah Allah SWT buktikan kepada dua imperium besar pasca Islam mulai berjaya dan memancarkan sinarnya ke seluruh peradaban manusia, yaitu Imperium Romawi dan Persia.
Kedua Imperium besar tersebut telah lama berjaya hingga beberapa abad dan menjadi kekuatan dunia yang sangat ditakuti dan disegani.
Sempat terbayang dalam banyak benak, hati dan pikiran manusia pada saat itu bahwa kedua Imperium besar tersebut tidak akan hancur dan akan terus abadi.
Namun kenyataannya berbeda, secara mengejutkan kedua Imperium besar tersebut takluk dibawah kekuasaan Islam yang saat itu masih berusia sangat muda.
Ditangan Khalifah Umar Bin Khatab keduanya runtuh tak bersisa. Dengan melihat, membaca serta menelaah sejarah, kita akan menyadari bahwa kekuasaan atau pemerintahan bukanlah sesuatu hal yang kekal abadi.
Setiap bangsa pasti akan mengalami kejayaan dan kehancuran, karena itu semua merupakan sunatullah yang telah digariskan oleh Allah semenjak dunia ini diciptakan.
Statement yang diutarakan oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu yang lalu bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030.
Bukanlah statement yang memiliki maksud untuk menakut-nakuti atau sebuah sifat pesimistis dalam menatap masa depan bangsa.
Statement tersebut adalah sebuah peringatan (warning) bagi bangsa Indonesia khususnya bagi pemegang kendali kekuasaan untuk tidak sewenang-wenang dalam membuat kebijakan.
Sebuah Peringatan (warning)
Bukan tidak mungkin Indonesia mengalami kehancuran di tahun 2030 bahkan lebih cepat. Kasus Covid-19 yang sedang terjadi seakan memberikan sinyal kuat akan pernyataan Menteri Pertahanan yang sempat menjadi bahan gunjingan dimana-mana.
Menurut Ibnu Khaldun, ada beberapa indikasi bahwa sebuah negara akan mengalami kehancuran. Pertama, apabila kesenjangan sosial dan ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin besar.
Kedua, apabila kepastian hukum sudah tidak ada lagi. Ketiga, Penguasa berlaku sewenang-wenang kepada rakyatnya, dengan kata lain lebih memihak kepada kepentingan asing dari pada kepentingan rakyatnya.
Keempat, apabila fitnah (hoax) sudah merajalela dan secara otomatis menjadi konsumsi publik setiap hari sehingga dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar merupakan salah satu contoh kecil bahwa bangsa ini sedang menuju pada jurang kehancuran.
Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan adalah terus merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang saat ini menjadi acuan mata uang dunia. Jika masalah ini terus dibiarkan maka tinggal menunggu waktu Indonesia bubar.
Mari kita belajar dari sejarah. Karena siapa saja yang tidak dapat mengambil pelajaran dari sejarah, maka ia akan mengulangi sejarah tersebut.
Indonesia merupakan bangsa besar yang diperjuangkan dengan jutaan nyawa. Sudah saatnya para pemimpin bangsa kembali kepada tujuan awal mengapa bangsa ini berdiri. Seperti yang tertulis pada Pancasila dan UUD 1945.
Membentuk suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
*Penulis adalah Reporter Suara Muhammadiyah, Pegiat Sastra dari Blitar.
Instagram: @diko_ahmadriza.p
Discussion about this post