Oleh: Yuwan Taufik*
Kepada Bapak dan Ibu dosen yang saya hormati. Apa kabar Bapak, Ibu? Saya harap Bapak, Ibu sehat walafiat ya, mengingat sekarang ini lagi menyebarnya virus yang mematikan, Covid-19. Semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dilindungi dan dijauhkan dari segala macam penyakit oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin. Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Yuwan Taufik mahasiswa semester 4 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Seperti yang kita ketahui, Indonesia sedang berada dalam status darurat karena Covid-19. Presiden Jokowi menghimbau untuk melakukan semua kegiatan dari rumah atau melakukan social distancing. Terhitung sejak tanggal 16 maret kemarin pimpinan UMM juga sudah mengeluarkan surat edaran yang mana inti dari surat itu adalah menciptakan rasa aman dan nyaman kepada civitas UMM. Oleh karena itu, pimpinan UMM mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang disebutkan tadi, salah satunya himbauan untuk melakukan proses perkuliahan secara daring (dalam Jaringan/online).
Jujur ya Pak, Bu, selama beberapa hari menjalani tugas kuliah daring saya merasa bosan, saya rindu dengan suasana kelas, saya rindu melihat wajah Bapak dan Ibu dosen yang menenangkan itu, saya rindu mendengarkan pelajaran dari Bapak dan Ibu dosen secara langsung. Namun, apa daya dengan kondisi seperti ini mana mungkin kita melakukan pembelajaran tatap muka secara langsung? Maka dari itu, pembelajaran daring merupakan jalan satu-satunya agar proses belajar mengajar tetap bisa berjalan sehingga materi kita tidak tertinggal. Selain itu, selaku mahasiswa FKIP, saya merasa senang karena materi tentang pembelajaran daring yang telah diajarkan di kelas, akhirnya dapat diaplikasikan secara maksimal.
Oh iya, pastinya Bapak dan Ibu dosen tidak asing dengan pembelajaran daring kan? Bapak dan Ibu kan S2-nya di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkenal bahkan tidak sedikit yang lulusan luar negeri, saya yakin di bangku kuliah dulu Bapak dan Ibu juga pasti sudah diajarkan tentang pembelajaran daring. Kalaupun tidak pernah diajarkan tentang pembelajaran daring, pasti sudah pernah baca jurnal tentang itu. Saya yakin itu, beberapa dari Bapak dan Ibu dosen yang mengampu saya juga sudah sering mengajarkan tentang pembelajaran ini. Untuk mengingat kembali, saya ingin menjelaskan secara singkat apa yang sudah diajarkan oleh Bapak dan Ibu dosen tentang pembelajaran daring.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa elektronis, seperti komputer internet, telepon, dan lain-lain. Pembelajaran tetap berlangsung seperti pembelajaran tradisional, dosen tetap menerangkan materi dan mahasiswa juga tetap mendapatkan ilmu dari dosen. Jadi masih ada interaksi antara mahasiswa dan dosen walaupun pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka. Kurang lebih seperti itu yang saya ingat Pak, Bu.
Tapi, dari apa yang saya temukan beberapa hari ini kok pembelajaran daring-nya tugas semua ya Pak, Bu? Tidak ada interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Apa saya yang keliru terkait dengan materi pembelajaran daring yang sempat dijelaskan di kelas? Apa saya yang kurang fokus di kelas waktu itu? Kalau misalnya saya yang salah mengartikan pembelajaran daring itu mohon dibenarkan ya Pak, Bu. Mohon dimaklumi juga, karena saya anaknya memang susah fokus kalau di kelas, banyak pikiran. Maklum bukan mahasiswa “kupu-kupu”. Tapi lupakan saja, hal itu tidak penting juga untuk Bapak dan Ibu ketahui kan ya? Tapi untuk hal yang satu ini, saya mohon dengan rasa hormat untuk didengarkan ya Bapak, Ibu.
Saya di semester ini mengambil 7 mata kuliah, artinya setiap minggu ada sekitar 7 tugas bahkan lebih yang harus dikerjakan, dan dateline-nya itu berdekatan semua. Kalaupun sudah selesai satu tugas, datang lagi tugas yang baru. Itu baru saya Pak, Bu. Ada teman saya dari jurusan lain yang mengambil belasan mata kuliah di semester ini. Bayangkan saja Pak, Bu, ada berapa tugas yang harus dia kerjakan dalam 1 minggu ini. Dan lagi 1 mata kuliah belum tentu tugasnya hanya 1, bisa jadi 2 atau 3 tugas yang diberikan sekaligus. Kalau kata anak-anak zaman sekarang “tugasnya kayak gak ada akhlak” alias sangat memberatkan Pak, Bu.
Kalau seperti ini Bapak, Ibu, bisa-bisa mahasiswa kena penyakit bukan karena Covid-19 melainkan karena tugas yang diberikan. Bukannya malas mengerjakan tugas ya Pak, Bu, tapi kalau tugas yang diberikan bertubi-tubi seperti ini, menurut saya sudah di luar kewajaran. Mahasiswa teladan pun juga akan kewalahan mengerjakan tugas yang tak ada habisnya ini. Lagi pula di zaman yang sudah maju seperti ini, apa susahnya bila pembelajaran di kelas tetap dilakukan secara daring Pak, Bu.
Banyak kok media-media yang bisa kita gunakan. Sebut saja Google Meet dan aplikasi Zoom, di mana kita masih bisa tatap muka walau berada di rumah atau indekos masing-masing. Atau kalau terlalu ribet, pakai saja media sosial, mengajarnya lewat Live Instagram mungkin. Atau kalau mau lebih simple mengajar saja lewat Group Whatsapp. Selama interaksi antara dosen dan mahasiswa masih ada, media apa pun bisa kita gunakan untuk pembelajaran daring. Tidak ada yang tidak mungkin sekarang ini. Tinggal kita saja yang pintar-pintar memanfaatkan teknologi yang ada. Benar apa tidak Pak, Bu?
Terakhir, ini mungkin sudah sangat sering disampaikan oleh banyak mahasiswa. Biaya yang kami keluarkan untuk berkuliah di UMM bukan sedikit Bapak, Ibu. Luar biasa banyak, orang tua kami banting tulang cari uang agar kami bisa berkuliah di UMM, diajarkan oleh dosen-dosen yang berkualitas, dosen-dosen yang memang berkompeten untuk mengajar kami di UMM. Kalau misalnya Bapak dan Ibu dosen hanya mengganti pembelajaran daring dengan tugas, wah, saya merasa rugi sekali. Saya merasa hak yang seharusnya saya dapat tidak saya dapatkan. Maka dari itu, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak dan Ibu dosen, saya mohon agar dievaluasi kembali terkait dengan pembelajaran daring ini.
Jangan sampai tujuan pimpinan UMM untuk menciptakan rasa aman dan nyaman tidak tercapai lantaran mahasiswa dibebankan dengan tugas-tugas yang bisa dibilang memberatkan. Yang mana hal itu tentu membuat mahasiswa jauh dari kata aman dan nyaman. Sehat-sehat ya Bapak dan Ibu dosen yang saya cintai. Jangan sampai sakit supaya kita bisa ketemu lagi guna belajar bersama di kelas seperti dulu. Seperti hari-hari sebelum virus corona (Covid-19) menyerang.
*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Discussion about this post