Oleh: Mochamad Alfaizi Noor Rizkhy*
Sudah beberapa bulan terakhir ini pergerakan kita dibatasi oleh pemerintah. Semua ini disebabkan oleh epidemi virus corona atau Covid-19 yang sangat cepat, padahal virus tersebut tergolong baru. Sehingga virus ini sulit untuk dideteksi, namun saat ini pemerintah sudah menerapkan beberapa kebijakan untuk menekan angka penyebaran dari virus corona.
Penelitian tentang virus corona juga dilakukan guna menanggulangi bencana ini. Semenjak media sosial dan media cetak mengabarkan bahwa virus ini memasuki negara Indonesia, dan ada yang sudah terinfeksi positif oleh virus yang satu ini. Beberapa warga Indonesia pun mulai mencari cara agar rasa aman dan kenyamanan mereka tidak direnggut oleh virus corona.
Namun masih ada beberapa pihak yang memang terlihat santai mengambil sikap dalam menghadapi wabah ini. Eksistensi mereka masih bisa dilihat dalam kerumunan di tempat-tempat umum, masih banyak yang terlihat berkumpul berdiskusi tentang negara, atau mungkin hanya mengobrolkan hal-hal yang terdengar asik, dan membuat diri mereka bisa melepas sejenak kepenatan yang dialami seusai sekolah, kuliah maupun bekerja.
Masyarakat Indonesia saat ini cenderung santai tapi kadang tiba-tiba marah dan menyalahkan berbagai pihak jika terjadi sesuatu yang tidak sepaham dengan pemikirannya. Tipe masyarakat ini cenderung lebih memperhatikan kebahagiaannya sendiri tanpa melihat lingkungan sekitarnya dan mereka cenderung enggan untuk bekerjasama dan berkontribusi demi kebaikan bersama. Padahal untuk menanggulangi musuh yang tidak terlihat oleh mata telanjang ini, kita memerlukan kerjasama antar individu untuk saling menjaga agar penyebaran virus ini bisa dihentikan.
Akibatnya, setelah banyak korban berjatuhan dan data menyebutkan sudah banyak orang terinfeksi mereka baru menyadari dan mulai tergerak hatinya untuk mematuhi aturan dari pemerintah. Sayangnya lagi-lagi masih saja ada orang yang memang asik untuk mengobrol di warung kopi atau tempat umum lainya hanya untuk kesenangannya sendiri.
Perilaku yang demikian itu salah satu contoh dari teori egoisme. Menurut Friedrich Wilhem Niezstche, egoisme atau egoitisme berprinsip bahwa setiap orang itu harus bersifat keakuan, yaitu melakukan segala sesuatu yang bertujuan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri. Selain itu setiap perbuatan yang menguntungkan itu adalah perbuatan yang baik dan sesuatu yang buruk itu jika hasil dari perbuatan yang dilakuan merugikan dirinya sendiri (Niezstch, 1997).
Tidak salah memang jika mereka mementingkan dirinya sendiri karena menurut Niezsctche untuk dapat bersikap optimis dalam merayakan kehidupan (dengan segala kebusukannya) seseorang harus memiliki hasrat untuk hidup yang tidak pernah hilang selama egoisme masih di pegang.
Namun dalam kasus ini kita harus mempertimbangkan lagi, apakah sikap egois kita sesuai dengan apa yang dikatakan Nietzstche, yaitu menguntungkan diri kita atau malah sebaliknya? Ini yang harus diperhatikan oleh setiap individu bukan malah hanya mengabaikan berita dan menyepelekan penyebaran virus corona. Sehingga diri sendirilah yang nantinya akan menyesal dan merasa dirugikan akan adanya wabah ini, ujung-ujungnya pemerintah lagi yang akan disalahkan dan mulai marah-marah di media sosial.
Kita memang harus santai dan tenang dalam menghadapi wabah ini, bukan malah mengabaikan anjuran yang memang itu untuk kebaikan kita sendiri. Jika kita panik dalam menyikapi wabah yang terjadi saat ini seperti yang dialami beberapa minggu terakhir. Pembelian barang secara berlebihan yang bertujuan untuk melindungi diri sendiri dan mempersiapkan kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Tentu akan menyebabkan terjadinya kelangkaan barang dan melonjaknya harga barang.
Pada hakikatnya memang manusia itu ingin survive dan butuh merasakan rasa aman sehingga terjadi panic buying dengan alasan ingin aman dan juga agar tidak ribet, jika ada kebijakan dari pemerintah yang membatasi pergerakan individu tersebut, pada akhirnya muncul masalah baru. Hasilnya, jadi banyak orang yang benar-benar membutuhkan tidak bisa mendapatkan barang tersebut, karena barang tersebut langka atau bisa jadi, kenaikan harga yang melonjak tinggi dan orang yang sangat membutuhkan itu tidak dapat mendapatkannya, karena harganya yang terlalu mahal. Sikap egois yang demikian ini yang harus dikurangi oleh setiap warga Indonesia. Lagi pula nanti kita yang akan merasakan dampaknya.
Egois memang salah satu sifat yang ada di dalam diri setiap individu. Tidak bisa disalahkan jika seseorang bertindak ingin mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Tapi kita harus memikirkan dampak kedepannya yang akan terjadi atas semua tindakan yang kita lakukan saat ini, apa masih menguntungkan untuk kita? Pertanyaan yang demikianlah yang harus kita pertimbangkan. Untuk melawan wabah yang sedang terjadi saat ini kita perlu membangkitkan budaya gotong royong dan saling tolong menolong. Agar masalah yang kita alami saat ini bisa cepat diatasi dan terselesaikan.
*Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi, Fisip,
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
IG: @alfaizi_1
Discussion about this post